contoh Penelitian Tindakan Sekolah PTS Maman, S.Pd
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Tampilan pembelajaran bermutu di
sekolah merupakan kewajiban bagi guru secara umum, namun demikian hal ini masih
belum dilakukan dengan maksimal oleh guru, dan mereka belum banyak kreatif menggunakan
model-model pembelajaran maupun teknik-teknik pendekatan yang baru. Seolah-olah
guru hanya menyampaikan materi pelajaran saja, kurang kontrol terhadap kondisi
siswa saat pembelajaran berlangsung.
Guru-guru di kelas rata-rata belum memberdayakan
strategi gaya dan seni mengajar yang maju. Di Gugus Karyamukti Kecamatan Cibalong Kabupaten Garut,
berdasarkan hasil supervisi rutin peneliti sebagai Kepala Sekolah di SD Inti
Karyamukti 2 ternyata sebagian besar guru masih melaksanakan pembelajaran yang
tradisional, di mana guru dalam melaksanakan pembelajaran tanpa menggunakan RPP
yang dibuat sendiri, mereka cenderung menggunakan RPP cetakan yang ada dan
belum melaksanakan pembelajaran berpusat Kooperatif. Guru masih melaksanakan
pembelajaran dengan metode ceramah murni belum rutin bervariasi, maupun belum
menggunakan alat peraga, dan tampaknya guru masih sebagai penyampai materi
bentuk klasikal, belum banyak melakukan pembelajaran yang kreatif model
kooperatif, yang dapat melatih mandiri dan tanggungjawab para peserta didik.
Hal ini dapat dilihat dari hasil supervisi yang
telah dilaksanakan oleh peneliti dari sejumlah guru kelas V yang ada di Gugus Karyamukti
Kecamatan Cibalong Kabupaten Garut
sebanyak 8 orang yang tersebar dalam 8 Sekolah Dasar, ternyata rata-rata guru
belum mampu melaksanakan pembelajaran berpusat kooperatif secara maksimal. Dari
hasil supervisi rutin dapat dilihat secara nyata bahwa guru kelas V masih
melaksanakan pembelajaran yang biasa-biasa saja. Pembelajaran yang dilakukan
hanya menggunakan metode ceramah tanpa ada variasi dan kurang memanfaatkan
peluang, membentuk kelompok-kelompok kecil di kelasnya.
Kegiatan pembelajaran di gugus Karyamukti Kecamatan
Cibalong Kabupaten Garut masih tergolong rendah dan kemampuan guru kelas V
dalam mengajar belum berpusat pada model pembelajaran kooperatif secara
optimal. Terdapat bukti prestasi para siswa kelas V masih rendah belum sesuai
dengan harapan lembaga sekolah orang tua dan masyarakat.
Dalam melaksanakan supervisi, Kepala Sekolah melihat juga aktifitas Kepala Sekolah ternyata, mereka juga belum berupaya mengubah strategi supervisinya terhadap guru-guru di kelas. Supervisi oleh Kepala Sekolah yang dilakukan masih terkesan rutinitas belaka belum melakukan pendekatan-pendekatan baru dan belum melaksanakan tindak lanjut secara serius terutama teknik-teknik model pembelajaran kooperatif.
Dalam melaksanakan supervisi, Kepala Sekolah melihat juga aktifitas Kepala Sekolah ternyata, mereka juga belum berupaya mengubah strategi supervisinya terhadap guru-guru di kelas. Supervisi oleh Kepala Sekolah yang dilakukan masih terkesan rutinitas belaka belum melakukan pendekatan-pendekatan baru dan belum melaksanakan tindak lanjut secara serius terutama teknik-teknik model pembelajaran kooperatif.
Dilihat dari frekuensi pelaksanaan supervisi oleh
kepala sekolah juga belum optimal. Dari data supervisi dapat dilihat dalam satu
bulan supervisi yang dilakukan, tidak lebih dari 10 kali atau 38,4 % sedangkan
sisa waktunya sebanyak 61,6 % lebih banyak digunakan untuk melaksanakan tugas
di kantor Sekolah atau melaksanakan tugas-tugas lain terkait tugas kepala
sekolah. Supervisi yang dilakukan masih terkesan melaksanakan pemantauan saja,
seolah-olah hanya melihat dokumen dan hanya memotret keadaan saat terjadi di
sekolah tanpa ada tindakan yang nyata menuju perbaikan pembelajaran
selanjutnya. Oleh sebab itu di samping pemantauan harusnya juga melalui
pengamatan yang cermat dalam proses pembelajaran, sehingga dapat ditemukan
hal-hal yang perlu ditingkatkan dan dikembangkan oleh sekolah itu sendiri.
Kondisi ini peneliti sebagai Kepala Sekolah
berupaya agar semua guru dalam melaksanakan pembelajaran berpusat dengan model
pembelajaran kooperatif, sesuai dengan ketentuan yang ada dalam Standar Proses
dalam Permendiknas No 41 tahun 2007. Ketentuan itu merupakan pedoman yang harus
diwujudkan dalam proses pembelajaran oleh guru yang merupakan pimpinan di kelas
itu. Apabila semua guru dalam melaksanakan tugasnya setiap hari mengajar dengan
berpusat kooperatif di kelasnya, maka dapat dikatakan, bahwa hasil dari proses
pembelajaran itu akan tercapai memuaskan, yang pada gilirannya akan
meningkatkan prestasi belajar para peserta didiknya.
Kemampuan guru dalam melaksanakan model
pembelajaran kooperatif melalui supervisi klinis oleh Kepala sekolah, dengan
bimbingan arahan kesadaran tinggi diharapkan para guru dapat melakukan
pembelajaran bermutu, sehingga mempengaruhi positif terhadap perilaku peserta
didik dan menambah kemajuan prestasi belajar mereka.
Kemampuan dan keterampilan para guru dalam menyusun
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Model Kooperatif yang baik, yang selanjutnya
proses pembelajaran akan dapat tepat sasaran, dan target materi dalam Standar
Kompetensi dan Kompetensi Dasar dapat dicapai. Selain itu juga kreatif
membentuk kelompok-kelompok kecil dalam pembelajaran yang dapat menumbuhkan
motivasi dan semangat belajar anak. Untuk selanjutnya mampu menumbuhkan
kreatifitas peserta didik serta berikutnya pembelajaran dapat bermakna. Hal ini
akan mewarnai kegiatan belajar dalam meningkatkan prestasinya sehari-hari.
Dengan demikian kemampuan dan keterampilan guru perlu dibimbing yaitu
mewujudkan model pembelajaran kooperatif yang sesuai dengan visi, misi sekolah
yang telah dirumuskan.
Pelaksanaan supervisi yang dilakukan peneliti berupaya
mengubah kegiatan mengajar guru yang lebih baik dengan menggunakan instrumen
khusus tentang pembelajaran di kelasnya. Maka sasaran supervisi mampu mengubah
perilaku guru untuk lebih berkreatif dalam melaksanaan tugas mengajar yang
menarik disukai peserta didik. Oleh karena itu proses pembelajaran diharapkan
selalu terlaksana dengan menyenangkan, para peserta didik dapat memusatkan
perhatiannya untuk belajar bersama teman-temannya.
Peneliti berupaya menambah frekuwensi supervisi
klinis dan memaksimalkan pembinaan dan bimbingan serta tindak lanjut. Upaya
ingin meningkatkan prestasi dan kemajuan belajar, agar terdapat peningkatan
prestasi belajar siswa yang memuaskan. Selain itu peneliti bekerja sama dengan
kepala sekolah dalam melaksanakan supervisi klinis tersebut, dengan maksud agar
terjalin kolaborasi positif antara guru dan kepala sekolah, yang pada
gilirannya kondisi kelas masing-masing dalam sekolah itu dapat nyaman,
melaksanakan Pembelajaran Berpusat Kooperatif dengan baik.
Keberhasilan proses pembelajaran dapat ditentukan
oleh sering dan tidaknya supervisi yang dilakukan oleh kepala sekolah maupun Kepala
sekolah, karena guru akan termotivasi kemampuannya dalam melaksanakan tugas
manakala ada respon baik antara kepala sekolah, guru maupun Kepala sekolah.
Antara guru, kepala sekolah, dan Kepala sekolah, merupakan komponen utama yang
harus memberdayakan diri agar mampu memajukan prestasi belajar peserta didik,
maka dalam hal ini peneliti sebagai Kepala sekolah berupaya melakukan supervisi
klinis terutama di kelas V.
Dalam penelitian ini ada dua masalah pokok yang
akan diteliti yaitu pertama masalah kegiatan guru mengajar berpusat Kooperatif
dan yang kedua kemampuan guru dalam menyusun RPP yang sesuai dengan standar
proses menurut Permendiknas No 41 tahun 2007. Diharapkan para guru mampu
melaksanakan pembelajaran yang berpusat Kooperatif secara maksimal.
Pembelajaran yang berlangsung dengan persiapan yang
matang dan pelaksanaan dengan pendekatan Pembelajaran Model Kooperatif, akan
berdampak positif terhadap prestasi belajar yang dicapai siswa. Peserta didik
akan terpacu dan termotivasi untuk selalu belajar dan memperhatikan gurunya
secara kelompok, karena dalam Pembelajaran Kooperatif akan selalu terlihat
pemberian dorongan dan penghargaan kepada peserta didik secara merata, dengan
demikian mereka diberdayakan agar merasa butuh dan merasa senang dalam
melakukan kegiatan belajarnya. Maka guru yang utama adalah perlu ditingkatkan
kemampuannya dalam melakukan tugas di kalasnya.
Kegiatan supervisi klinis yang dilakukan Kepala
Sekolah sebagai peneliti akan berupaya mempengaruhi guru selalu termotivasi,
dan mereka agar selalu merasa sebagai agen pembelajaran yang sesuai dengan
ketentuan.
Maka Kepala sekolah sebagai peneliti melakukan
supervisi klinis dengan terprogram dan selalu berupaya meningkatkan kemampuan
guru untuk melaksanakan pembelajaran dengan tertib dan baik. Apabila supervisi
sudah dilaksanakan secara rutin, terprogram dan berkelanjutan sesuai dengan
prosedur ketentuan yang ada, maka dapat diharapkan guru lebih mampu untuk
melaksanakan pembelajaran Model Kooperatif yang baik berkualitas serta mampu
mengubah perilaku peserta didik untuk lebih aktif belajar, yang pada gilirannya
mampu mencapai kemajuan prestasi belajar yang lebih baik.
Untuk memecahkan masalah yang ada di Gugus Karyamukti
Kecamatan Cibalong Kabupaten Garut, perlu adanya tindakan khusus yang dilakukan
oleh Kepala Sekolah, yaitu : Upaya peningkatan kemampuan guru kelas V Sekolah
Dasar dalam pembelajaran berpusat kooperatif melalui supervisi klinis di Gugus Karyamukti
Kecamatan Cibalong Kabupaten Garut Semester I Tahun Pelajaran 2014/2015.
Tindakan tersebut dilakukan melalui supervisi klinis secara maksimal dengan
tahapan yang pertama yaitu melaksanakan supervisi klinis secara kelompok dan
yang kedua melaksanakan supervisi klinis secara individu di dalam kelas masing-masing
guru.
Dalam hal ini Kepala Sekolah sebagai peneliti ingin
meningkatkan keterampilan dan kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran
berpusat kooperatif. Termasuk kemampuan Guru dalam penyusunan Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran yang matang dengan sarana dan alat peraga yang
bervariasi, maupun peralatan dalam proses pembelajaran yang menarik perhatian
peserta didik. Pemilikan RPP yang baik bagi guru juga akan mempengaruhi lancarnya
penyajian pembelajaran di kelasnya.
B. Identifikasi Masalah
Berpijak pada latar belakang di atas, identifikasi
masalah yang dikemukakan adalah sebagai berikut :
1.
Faktor apa saja yang menyebabkan rendahnya guru
dalam melaksanakan model pembelajaran kooperatif ?
2.
Bagaimana upaya agar para guru melaksanakan model
pembelajaran kooperatif dengan baik ?
3.
Apa yang harus dilakukan peneliti agar kemampuan
guru dalam melaksanakan model pembelajaran kooperatif dapat meningkat ?
C. Pembatasan Masalah
Dalam penelitian ini masalah yang diteliti adalah tentang kemampuan guru
dalam melaksanakan pembelajaran model kooperatif yang masih rendah.
Sedangkan kemampuan guru dalam melaksanakan
pembelajaran model kooperatif masih rendah, dimaksudkan adalah bahwa para guru
kelas V Sekolah Dasar Gugus Karyamukti Kecamatan Cibalong, belum mampu
melaksanakan proses pembelajaran yang bermakna bagi siswa, guru melakukan
pembelajaran masih cenderung rutinitas, tanpa model-model pembelajaran yang
menyenangkan bagi siswa, belum memanfaatkan alat peraga secara maksimal dan
mereka masih bersifat tradisional serta belum menggunakan metode yang
bervariasi dan model-model inovatif.
Adapun yang dimaksud dengan supervisi klinis adalah pembinaan khusus
kepada guru dalam mengelola proses pembelajaran di kelasnya, maupun kinerja
yang diwujudkan setiap harinya, baik secara individu maupun secara kelompok
guru dalam melaksanakan tugasnya.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :
”Apakah melalui supervisi klinis dapat meningkatkan kemampuan guru kelas V SD dengan model pembelajaran kooperatif di Gugus Karyamukti Kecamatan Cibalong Kabupaten Garut semester I tahun pelajaran 2014/2015 ?”
”Apakah melalui supervisi klinis dapat meningkatkan kemampuan guru kelas V SD dengan model pembelajaran kooperatif di Gugus Karyamukti Kecamatan Cibalong Kabupaten Garut semester I tahun pelajaran 2014/2015 ?”
E. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian tindakan sekolah ini adalah ;
Untuk mengetahui besar kemampuan guru kelas V Sekolah Dasar dengan model
pembelajaran kooperatif melalui supervisi klinis di Gugus Karyamukti Kecamatan Cibalong
Kabupaten Garut Semester I Tahun Pelajaran 2014/2015.
F. Manfaat Penelitian
1. Manfaat
bagi guru ;
Dapat meningkatkan kemampuannya untuk melaksanakan pembelajaran yang
berpusat pada Model Pembelajarn Kooperatif.
2. Manfaat
bagi Peneliti ;
Untuk mengetahui faktor penyebab yang mempengaruhi kemampuan guru dalam
melakukan pembelajaran berpusat kooperatif, sehingga dapat meningkatkan
kemampuan guru itu dalam melaksanakan tugas-tugasnya sehari-hari.
Penelitian perlu dilakukan karena hasilnya memiliki manfaat yang baik
terhadap kemajuan pendidikan saat ini maupun saat mendatang. Hal ini khususnya
di SD Negeri dalam Gugus Karyamukti Kecamatan Cibalong Kabupaten Garut.
BAB II
LANDASAN
TEORI
A. Deskripsi Gugus Karyamukti
Gugus Karyamukti adalah gugus sekolah yang
merupakan Daerah Binaan peneliti saat ini terdiri dari 8 sekolah yaitu SDN Karyasari
1, SDN Karyamukti 1, SDN Karyamukti 2, SDN Mekarmukti 1, SDN Mekarmukti 2, SDN Sancang
2, SDN Sagara 2, dan SDN Sagara 3. Jumlah guru Kelas V ada 8 orang yang terdiri
dari 4 orang orang guru wanita dan 4 orang guru laki-laki. Dengan pertimbangan
hasil supervisi klinis yang dilakukan peneliti sebagai Kepala Sekolah SDN
Karyamukti 2, maka dalam penelitian ini akan dilakukan tindakan khusus untuk
memperbaiki proses pembelajaran model kooperatif bagi guru kelas V SDN dalam
wilayah Gugus Karyamukti Kecamatan Cibalong Kabupaten Garut Semester I Tahun
Pelajaran 2014/2015.
B. Kajian Teori
1. Kemampuan Melaksanakan Pembelajaran Berpusat Kooperatif.
1. Kemampuan Melaksanakan Pembelajaran Berpusat Kooperatif.
a. Hakikat Kemampuan
Seorang guru yang profesional diharapkan memiliki kemampuan dan keterampilan untuk menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran sebagai bukti yang harus dijalani dalam melaksanakan pembelajaran sehari-hari di kelasnya.
Proses pembelajaran akan berhasil dengan maksimal manakala diawali dari penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang tepat sesuai Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) dalam jadwal yang telah ditentukan, dan RPP ini disusun oleh guru kelas itu sendiri, merupakan perangkat yang penting dalam sasaran mutu pembelajaran.
Dalam penelitian ini kemampuan yang dimaksud adalah kompetensi atau potensi yang dinyatakan dalam perilaku, yang dimiliki oleh seorang guru untuk menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran. Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia WJS. Purwadarminto, bahwa kompetensi berarti kewenangan/kekuasaan untuk menentukan atau memutuskan sesuatu hal. Istilah kompetensi memiliki banyak makna sebagai mana penjelasan berikut ini ;
Descriptive of qualitative natur or teacher behavior appears to be enti
rely meaningful ( Broke and Stone, 1975) bahwa kompetensi merupakan gambaran
hakikat kualitatif dari perilaku guru yang tampak dan sangat berarti.
Adapun kompetensi guru ( teacher competensy) the ability of a teacher to responsibility perform has or her duties appropriately, merupakan kemampuan seseorang guru dalam melaksanakan kewajiban-kewajiban secara bertanggungjawab dan layak.
Adapun kompetensi guru ( teacher competensy) the ability of a teacher to responsibility perform has or her duties appropriately, merupakan kemampuan seseorang guru dalam melaksanakan kewajiban-kewajiban secara bertanggungjawab dan layak.
Dari gambaran pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa kompetensi merupakan kemampuan dan kewenangan seorang guru dalam melaksanakan profesi keguruannya dan dinyatakan dalam kinerjanya.
b. Hakikat
Pembelajaran
Pelaksanaan pembelajaran merupakan proses inti dari proses pendidikan secara keseluruhan dengan guru sebagai pemegang peranan yang utama. Peristiwa pembelajaran banyak berakar pada berbagai pandangan dan konsep, oleh karena itu, perwujudan pembelajaran dapat terjadi dalam berbagai model. Menurut Moh. User Usman ( 1995 : 4) dalam bukunya Menjadi guru Profesional, Proses belajar-mengajar adalah suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar dukungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Interaksi atau hubungan timbal balik antara guru dan siswa merupakan syarat utama bagi berlangsungnya proses pembelajaran. Interaksi dalam peristiwa pembelajaran mempunyai arti yang lebih luas, tidak sekedar hubungan antara guru dan siswa, tetapi hubungan yang bersifat interaktif edukatif.
c. Hakikat
Model Pembelajaran Kooperatif
Salah satu model pembelajaran yang dapat bermakna bagi siswa adalah model belajar kelompok kecil yang sering disebut Pembelajaran Kooperatif. Menurut Sugiyanto ( 2010, 37-41 ) dalam bukunya Model-Model Pembelajaran Inovatif bahwa Pembelajaran Kooperatif adalah pendekatan pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar. Dalam hal ini guru memberi umpan balik, mengajukan pertanyaan yang menantang dan mengembangkan kegiatan yang beragam, membuat alat bantu belajar sederhana, membuat anak merasa butuh dan memiliki ilmu pengetahuan yang diberikan. Sedangkan dilihat dari sisi siswa dalam pembelajaran, siswa mempunyai keinginan yang aktif bertanya, mengemukakan gagasan, mempertanyakan gagasan orang lain dan gagasan sendiri di kelompoknya. Peserta Didik mampu menguasai ketrampilan tepat waktu, berani mencoba, bertanya, mengemukakan isi hati, dan berani mempertanyakan gagasan, sehingga kondisi diri peserta didik selalu terasa nyaman bekerja sama dengan teman-temannya dengan penuh semangat belajar.
2. Supervisi
Klinis
a. Hakikat
Supervisi
Supervisi dalam pengertian tradisional ialah
pekerjaan inspeksi melihat dari atas, mengawasi dalam arti mencari kesalahan
dengan tujuan untuk diperbaiki. Perilaku supervisi tradisional ini disebut
Snooper Vision, yaitu tugas memata- matai untuk menemukan kesalahan. Dari
pengertian ini kemudian berkembang, tentang supervisi yang bersifat ilmiah
yaitu : (1) sistematis, dilaksanakan secara teratur, berencana dan secara terus
- menerus, (2) obyektif, dalam pengertian ini adalah data yang didapat
berdasarkan observasi nyata, bukan berdasarkan tafsiran pribadi, (3)
menggunakan instrumen yang dapat memberikan informasi sebagai umpan balik untuk
mengadakan penilaian terhadap proses pembelajaran.
Dalam pengertian lain dikatakan supervisi merupakan kegiatan pembinaan pada personil sekolah pada umumnya dan guru pada khususnya, agar kualitas pembelajaran dapat meningkat. Supervisi dalam hal ini dilakukan pada komponen siswa, guru, kurikulum, prasarana pendidikan, pengelolaan dan lingkungan sekolah. Sebagai dampak dari meningkatnya kualitas pembelajaran, maka diharapkan meningkat pula prestasi belajar siswa dan itu berarti meningkat pula kualitas lulusan sekolah itu. ( Arikunto, 2004 ).
Dalam pengertian lain dikatakan supervisi merupakan kegiatan pembinaan pada personil sekolah pada umumnya dan guru pada khususnya, agar kualitas pembelajaran dapat meningkat. Supervisi dalam hal ini dilakukan pada komponen siswa, guru, kurikulum, prasarana pendidikan, pengelolaan dan lingkungan sekolah. Sebagai dampak dari meningkatnya kualitas pembelajaran, maka diharapkan meningkat pula prestasi belajar siswa dan itu berarti meningkat pula kualitas lulusan sekolah itu. ( Arikunto, 2004 ).
Pada penelitian ini supervisi yang dimaksud adalah
kegiatan Kepalaan yang dilakukan peneliti dalam memberikan bimbingan teknis
terhadap tugas pokok guru dalam melaksanaan Pembelajaran berpusat kooperatif
oleh guru kelas V di kelas masing – masing.
b. Hakikat
Supervisi Klinis
Supervisi Klinis diartikan sebagai bentuk pembinaan
kinerja guru dalam mengelola proses pembelajaran. ( Sulivan & Glanz, 2005 ).
Tujuan supervisi klinis adalah untuk memperbaiki
dan meningkatkan ketrampilan mengajar guru di kelas. Dalam hubungan ini
supervisi klinis merupakan kunci untuk meningkatkan kemampuan profesional guru.
Dalam supervisi klinis, akan langsung dirasakan guru dalam kinerjanya yang mana
harus diperbaiki serta dikembangkan.
Prosedur supervisi klinis dalam penelitian tindakan sekolah ini berlangsung dalam suatu proses yang berbentuk siklus. Tindakan yang dilakukan ada tiga tahapan, yaitu tahap pertemuan pendahuluan, tahap pengamatan dan tahap pertemuan balikan. Tiga tahapan ini dilaksanakan dengan urut berkelanjutan.
Prosedur supervisi klinis dalam penelitian tindakan sekolah ini berlangsung dalam suatu proses yang berbentuk siklus. Tindakan yang dilakukan ada tiga tahapan, yaitu tahap pertemuan pendahuluan, tahap pengamatan dan tahap pertemuan balikan. Tiga tahapan ini dilaksanakan dengan urut berkelanjutan.
C. Kerangka Berpikir
Dalam penelitin ini kerangka berfikir peneliti
adalah guru sebagai penentu keberhasilan pembelajaraan perlu memiliki
pengetahuan dan pemahaman tentang standar proses pembelajaran dan pedoman
pembelajaran berpusat kooperatif yang telah ditentukan agar dalam melaksanakan
pembelajaran lebih bermutu. Untuk itu perlu dilakukan pembimbingan yang lebih
intensif oleh Kepala Sekolah sekaligus sebagai peneliti.
Supervisi secara individu dari Kepala Sekolah
merupakan model pembimbingan yang langsung mengena pada sasaran yaitu
mengetahui tingkatan kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran. Pada model
ini Kepala Sekolah menempatkan diri sebagai teman guru, yang langsung
berinteraksi secara interpersonal dalam merencanakan langkah pembelajaran
bersama guru. Guru tidak merasa takut kepada Kepala Sekolah, sehingga ia dapat
mengemukakan ide-idenya dengan senang hati dan terbuka. Kepala Sekolah aktif
memberi contoh dan melakukan simulasi pembelajaran. Guru merasa diperhatikan
dan dibantu, sehingga merasa nyaman tersentuh hatinya dalam melaksanakan
tugasnya. Akhirnya dalam melaksanakan tugasnya lebih baik, sehingga dapat
meningkatkan mutu pembelajaran dan selanjutnya meningkatkan prestasi siswa.
Atas dasar itu diduga bahwa dengan supervisi klinis oleh peneliti yang dilakukan secara kelompok pada siklus I dan secara individu pada siklus II dapat meningkatkan kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran dengan model kooperatif, sehingga pada gilirannya meningkatkan prestasi belajar siswa.
Atas dasar itu diduga bahwa dengan supervisi klinis oleh peneliti yang dilakukan secara kelompok pada siklus I dan secara individu pada siklus II dapat meningkatkan kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran dengan model kooperatif, sehingga pada gilirannya meningkatkan prestasi belajar siswa.
Proses pembelajaran yang dilakukan guru membuat
kondisi kelas yang menarik bagaikan kelas ini sebagai sumber ilmu pengetahuan
bagi peserta didik. Harapan yang diinginkan di samping itu guru selalu
berinisiatif serius kepada peserta didik dengan cara membentuk dan membagi
kelompok-kelompok kecil, sehingga anak-anak akan lebih bersemangat menerima
pelajaran yang disampaikan. Evaluasi hasil belajar dapat tercapai bukan saja
tinggi nilai angkanya, tetapi lebih dari itu adalah terciptanya sikap perilaku
yang menunjukkan prestasi yang benar-benar menjadi harapan masyarakat.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. SETTING PENELITIAN
Lokasi tempat untuk
melakukan penelitian tindakan sekolah ini adalah di Sekolah Dasar Negeri dalam
wilayah Gugus Karyamukti Kecamatan Cibalong Kabupaten Garut. Hal ini
dikarenakan Sekolah Dasar dalam Gugus Karyamukti tersebut merupakan sekolah
yang berada di daerah binaan peneliti selaku Kepala Sekolah SD Inti.
Sedangkan waktu penelitian direncanakan pada tanggal 22 Juli sampai 11
November 2015.
B. SUBJEK
PENELITIAN
Subyek penelitian adalah
guru kelas V Sekolah Dasar dalam wilayah Gugus Karyamukti sebanyak 8 orang
guru, yang berdasarkan hasil supervisi rutin, guru-guru tersebut masih
memiliki kemampuan yang rendah belum maksimal dalam melaksanakan
pembelajaran dengan pendekatan kooperatif.
C. JADWAL PENELITIAN TINDAKAN SEKOLAH
No
|
Kegiatan
|
Rencana
Pelaksanaan
|
1.
|
Penyusunan proposal
|
Tgl. 2 s.d. 19 Juli 2015
|
2.
|
Penyusunan Instrumen
|
Tgl. 22 Juli s.d. 6 Agustus 2015
|
3.
|
Pengumpulan data
|
Tgl.12 Agustus s.d 30 September
2015
|
4.
|
Analisis Data
|
Tgl. 1 s.d 31 Oktober 2015
|
5.
|
Penyusunan laporan
|
Tgl. 2 s.d 11 November 2015
|
D. TINDAKAN
Tindakan yang dilakukan
adalah berupa supervisi klinis yang akan dilakukan secara bertahap yaitu ;
siklus I supervisi dilakukan menggunakan supervisi klinis secara
kelompok, kemudian siklus II dilakukan supervisi secara individual yang terdiri
dari tahap perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan/observasi dan
refleksi.
E. TEKNIK
PENGUMPULAN DATA
Data
awal penelitian ini adalah berupa hasil supervisi secara rutin dari peneliti
sebagai Kepala Sekolah, serta data akhir diperoleh melalui observasi,
dokumentasi dan pengisian lembar instrumen penelitian.
F. INSTRUMEN
PENELITIAN
Instrumen penelitian berupa
lembar observasi dan lembar penilaian, yang berguna untuk mencatat semua
peristiwa pelaksanaan tugas guru dalam pembelajaran selama penelitian
berlangsung.
G. TEKNIK ANALISIS DATA
Analisis data yang
digunakan peneliti dengan menggunakan analisis deskriptif komparatif, yaitu
dengan membandingkan pelaksanaan pembelajaran pendekatan kooperatif sebelum
dilaksanakan supervisi klinis, dan pembelajaran sesudah dilakukan supervisi
klinis.
Selanjutnya dari hasil
nilai kemampuan melaksanaan pembelajaran kooperatif sebelum dilaksanakan
supervisi klinis dibandingkan dengan hasil sesudah dilaksanakan supervisi
klinis untuk mengetahui kemajuan hasil yang dicapai dalam tampilan kemampuan
kinerja guru di kelasnya.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. KONDISI AWAL ATAU PRA TINDAKAN
1. Kemampuan guru dalam melakukan proses pembelajaran model kooperatif;
Kondisi awal kemampuan guru
dalam melakukan proses pembelajaran model kooperatif masih rendah belum
maksimal. Adapun sebagai subjek penelitian yaitu guru kelas V Sekolah Dasar
dalam wilayah gugus Karyamukti sebagai daerah binaan peneliti di Kecamatan Cibalong
Kabupaten Garut. Dari hasil supervisi yang dilakukan peneliti, diperoleh
data guru-guru tersebut belum memiliki kemampuan maksimal dalam melaksanakan
pembelajaran berpusat kooperatif. Dari 8 orang guru yang termasuk kategori kurang hanya 3 orang dan 5 orang lainya masih dalam kategori cukup. Untuk itu peneliti akan melakukan tindakan agar
semua guru mampu melaksanakan pembelajaran kooperatif secara maksimal.
Begitu pula supervisi yang
dilakukan peneliti belum maksimal, karena itu Kepala Sekolah sebagai peneliti berupaya melakukan tindakan
kegiatan. Hal ini tampak dalam tabel
1, bahwa guru berkode A adalah kelompok guru kelas V yang termasuk dalam
kategori kurang, sedangkan guru yang berkode B adalah kelompok guru
kelas V yang masuk kategori cukup, namun masih dalam batas bawah. Rata-rata
skor untuk kelompok guru A ( kategori kurang ) dan B ( kategori cukup )
adalah 48 dan 50 rata-rata keduanya adalah 49 termasuk kategori kurang mampu
melaksanakan pembelajaran berpusat kooperatif karena skor maksimal 100, dengan
rincian skor 0 s.d 49 termasuk kategori kurang, 50 s.d 75 kategori cukup dan 76
s.d. 100 kategori baik. ( tampak dalam tabel. 1 ).
Guru melakukan pengelolaan
pembelajaran berpusat kooperatif tampak kurang maksimal. Belum banyak
muncul skor 3 atau skor yang terpenuhi, berarti belum ada yang nampak baik.
Mereka hanya mengajar menggunakan buku teks yang dimiliki tanpa memperhatikan
silabus dan RPP. Metode yang digunakan hanya ceramah tidak bervariasi dan tugas
mengerjakan soal saja. Salah satu guru belum menggunakan alat peraga, sedangkan
guru yang menggunakan alat peraga tersebut belum maksimal.
Perbaikan dan pengayaan juga belum dilakukan dengan baik.
Tabel 1 : Data Awal
Pembelajaran Model Kooperatif
Guru Kelas V SD Gugus Karyamukti
Kec.Cibalong Kab. Garut
Sebelum Penelitian Tindakan
NO
|
INDIKATOR
|
Kel A
(kurang)
|
Kel B
(cukup)
|
Rata-rata
|
I
|
Metode
dan pengelolaan Kelas
|
|||
1.Pengelolaan siswa bervariasi
|
2
|
2
|
2
|
|
2. Kegiatan siswa bervariasi
|
2
|
2
|
2
|
|
3.Peran siswa dlm kelompok kecil
|
2
|
2
|
2
|
|
4. Kelompok belajar siswa beragam
|
1
|
2
|
1,5
|
|
II
|
Ketrampilan
bertanya
|
|||
5. Guru memberi kesempatan siswa
|
3
|
2
|
2.5
|
|
6. Guru mendorong siswa bertanya
|
2
|
2
|
2
|
|
7.Siswa berani bertanya
|
2
|
2
|
2
|
|
III
|
Pelayanan
individual
|
|||
8. Ada program pengembangan
|
1
|
2
|
1,5
|
|
9. Penyelesaian tugas siswa
|
3
|
2
|
2,5
|
|
10.Guru melakukan tindak lanjut
|
2
|
2
|
2
|
|
IV
|
Sumber
belajar dan alat bantu
|
|||
11. Gutu menggunakan berbagai sumber
|
1
|
2
|
1,5
|
|
12. Guru membuat alat bantu
|
2
|
2
|
2
|
|
13.Guru trampil mengunakan alat bantu
|
2
|
2
|
2
|
|
V
|
Umpan balik
dan penilaian
|
|||
14.Guru memberi umpan balik menantang
|
2
|
2
|
2
|
|
15. Guru menggunakan berbagai penilaian
|
3
|
2
|
2,5
|
|
16.Guru memberi penghargaan
|
1
|
2
|
1,5
|
|
VI
|
Komunikasi dan Interaksi
|
|||
17.Penggunaan bahasa guru
|
2
|
2
|
2
|
|
18.Ada komunikasi antara guru dan siswa
|
2
|
2
|
2
|
|
VII
|
Keterlibatan siswa
|
|||
19. Siswa aktif dlm pembelajaran
|
2
|
2
|
2
|
|
20. Guru memberi kesempatan kpd siswa
|
2
|
2
|
2
|
|
VIII
|
Refleksi
|
|||
21.Guru meminta siswa menulis kesan
|
2
|
2
|
2
|
|
22.Guru melakukan refleksi diri
|
2
|
2
|
2
|
|
IX
|
Hasil Karya
|
|||
23. Hasil karya siswa dipajang
|
2
|
2
|
2
|
|
X
|
Hasil belajar
|
|||
24.Hasil belajar memenuhi KKM
|
1
|
2
|
1,5
|
|
25.Siswa percaya diri berani tampil
|
2
|
2
|
2
|
|
Jumlah skor
|
48
|
50
|
49
|
|
Kategori
|
Kurang
|
Cukup
|
Kurang
|
Keterangan :
Skor perolehan 0-49 kategori kurang, skor 50-75
kategori cukup, dan skor 76-100 kategori baik.
2. Supervisi oleh Kepala Sekolah
Supervisi yang dilakukan
peneliti dalam hal ini adalah supervisi klinis yaitu pembinaan atau
pembimbingan untuk pengelolaan pembelajaran yang mengarah pada perbaikan
proses pembelajaran. Sebelumnya pembimbingan hanya dilakukan oleh peneliti pada
waktu guru melaksanakan KKG yang diselenggarakan oleh Gugus Sekolah.
Dengan demikian pembimbingan yang dilakukan Kepala Sekolah sangat kurang. Dalam
KKG Kepala Sekolah melakukan pembinaan bersifat informatif dan secara klasikal,
hampir belum pernah Kepala Sekolah melakukan pembimbingan secara individu.
Kegiatan KKG tersebut sangat tergantung kepada ketua Gugus Sekolah, dan sudah
sewajarnya setiap ada jadwal KKG Kepala Sekolah berperan menghadiri, membimbing
secara klasikal di SD Inti.
B. DESKRIPSI
SIKLUS 1
1. Perencanaan Tindakan
Beranjak dari proposal yang
sudah tersusun, peneliti mempersiapkan materi untuk pembimbingan yaitu
Permendiknas Nomor 41 tahun 2007 tentang Standar Proses dan pedoman pengelolaan
pembelajaran berpusat kooperatif dari berbagai sumber. Materi ini diberikan
kepada subjek penelitian. Standar Proses berisi aturan-aturan yang harus
dilakukan guru dalam proses pembelajaran. Pedoman pengelolaan pembelajaran
berpusat kooperatif berisi tentang model-model pembelajaran dan pengelolaan kelas
dalam melaksanakan model pembelajaran kooperatif yang harus dilakukan oleh
guru. Peneliti melakukan koordinasi dengan Kepala Sekolah dalam wilayah gugus Karyamukti
Kecamatan Cibalong Kabupaten Garut tentang rencana tindakan pembimbingan
dalam Penelitian Tindakan Sekolah ini.
2. Pelaksanaan Tindakan
Perlakuan supervisi klinis
oleh peneliti terhadap kelompok guru kelas V Sekolah Dasar dalam wilayah gugus Karyamukti
pada hari Selasa tanggal 3 September 2015, setelah pembelajaran usai yaitu
pukul 12.15 sampai pukul 14.15 di Sekolah Dasar Negeri Karyamukti 2 yang
merupakan SD Inti dalam gugus Karyamukti Kecamatan Cibalong Kabupaten Garut.
Pelaksanaan supervisi klinis dalam hal ini adalah melakukan
pembinaan dan pembimbingan secara bersama-sama oleh peneliti
terhadap kelompok guru kelas V dalam gugus Karyamukti sebanyak 8 orang.
Tidakan supervisi klinis
yang dilakukan khusus tentang pengelolaan pembelajaran model kooperatif
pada guru kelas V yaitu meliputi : pemahaman isi standar proses, memilih
metode dan pengelolaan kelompok siswa di kelas, ketrampilan bertanya, pelayanan
individu, sumber belajar dan alat bantu mengajar, umpan balik dan penilaian,
komunikasi dan interaksi, keterlibatan siswa, refleksi, hasil karya siswa dan
hasil belajar siswa.
Pada akhir kegiatan
supervisi klinis ini peneliti melakukan simulasi dengan guru-guru dengan
langkah-langkah pembelajaran yang telah disusun bersama. Guru tidak segan-segan
untuk bertanya dan mengemukakan pendapatnya kepada peneliti, sehingga ia merasa
siap untuk mempraktikkan pembelajaran berpusat kooperatif tersebut satu minggu
berikutnya.
Guru menanggapi sangat
tertarik, serius, dan santai, yang biasanya Kepala Sekolah datang langsung
masuk kelas tanpa memberitahu dan langsung melakukan penilaian, kali ini Kepala
Sekolah datang dengan memberi pembinaan dan bimbingan dalam pengelolaan pembelajaran
berpusat kooperatif secara rinci.
Mata pelajaran yang
dipilih oleh guru kelas V dalam penelitian ini adalah IPS tentang tokoh
Pahlawan Pergerakan Nasional. Peneliti menunjukkan Standar Proses tentang
pembelajaran. Guru diberi penjelasan tentang proses eksplorasi, elaborasi, dan
konfirmasi. Peneliti memberikan pembinaan pembelajaran berpusat kooperatif yang
terdiri dari cara pengelolaan siswa yang bervariasi yaitu; secara klasikal,
kelompok kecil, berpasangan dan individual. Selain itu anggota kelompok
dibentuk beragam. Guru dalam memberikan pertanyaan berupaya terus, agar dapat
memancing siswa, guru juga memberikan motivasi pelayanan individual kepada
siswa, termasuk menggunakan berbagai sumber dan alat bantu mengajar, kemudian
memberi umpan balik, ada komunikasi, hasil karya peserta didik dipajang,
maupun guru selalu melakukan refleksi diri.
Guru selalu diberi
kesempatan untuk mengemukakan pendapat atau ide-idenya. Setelah kegiatan
tersebut puas dan yakin dapat melaksanakan dengan baik, maka membuat
kesepakatan waktu untuk pelaksanaan pembelajaran berpusat kooperatif
tersebut yang diawali dari penyusunan RPP yang baik. Hasil kesepakatan antara
guru-guru dengan peneliti bahwa, RPP dilaksanakan pada tanggal 9 sampai dengan
tanggal 14 September 2015 untuk semua guru kelas V dalam
gugus Karyamukti Kecamatan Cibalong Kabupaten Garut secara bergilir di kelas
masing-masing.
3. Hasil Pengamatan
Pengamatan yang dilakukan
melalui dua hal, yaitu pengamatan yang dilakukan peneliti terhadap guru dalam
melakukan proses pembelajaran dan pengamatan oleh teman sejawat terhadap
peneliti dalam melakukan proses tindakan pembimbingan ini.
Pada hari Senin
tanggal 9 September 2015 peneliti bersama teman sejawat
mengamati proses pembelajaran guru kelas V SDN Karyamukti 2, SDN Karyasari
1 dan SDN Karyamukti 1, pada hari Selasa tanggal 10 September 2015 di SDN Mekarmukti
1, SDN Mekarmukti 2, pada hari Rabu tanggal 11 September 2015 di SDN Sancang 2
dan SDN Sagara 2 dan pada hari Kamis tanggal 12 September 2015 di SDN Sagara 3.
Secara umum proses pembelajaran yang dilakukan untuk mata pelajaran IPS
tentang Tokoh Pergerakan Nasional. Guru melakukan proses pembelajaran
menggunakan metode yang telah dipelajari yaitu Bermain Peran. Siswa
dikelompokkan menjadi beberapa kelompok kecil untuk memerankan tokoh yang telah
disepakati bersama. Secara berkelompok siswa berdiskusi membahas masing–masing
perannya. Kegiatan menyenangkan, sudah muncul eksplorasi, elaborasi, dan
konfirmasi. Dalam kegiatan eksplorasi, guru melibatkan
peserta didik mencari informasi tentang sejarah, memfasilitasi
terjadinya interaksi antar peserta didik
serta antara peserta didik dengan guru,
melibatkan peserta didik secara aktif. Proses elaborasi dilakukan dengan memberi tugas peserta didik untuk berani tampil di depan kelas dan memiliki
rasa percaya diri serta tidak takut salah ingin melatih keberanian. Pada
kegiatan konfirmasi, guru memberikan
konfirmasi terhadap tampilan tiap kelompok kecil yang berisi penghargaan berupa
pujian kepada kelompok yang sudah melaksanakan tugas tersebut. Guru
memfasilitasi peserta didik untuk memperoleh pengalaman
dalam mencapai kompetensi dasar.
Hasil pengamatan yang
dilakukan peneliti dan teman sejawat terhadap mutu pembelajaran guru kelas V
SDN dalam gugus Karyamukti dapat dilihat pada kegiatan siklus 1,
dan dapat dilihat pada tabel 2 dapat diketahui bahwa skor mutu
pembelajaran guru kelas V yang termasuk kelompok A adalah 66,5 sedangkan guru
kelas V yang termasuk kelompok B adalah 67,5 dan rata-ratanya adalah 67
termasuk masih dalam kategori cukup ( kurang memuaskan). Tampak dalam
tabel 2 sebagai berikut ;
Tabel 2
Hasil Rata-rata Pengamatan
Proses Pembelajaran Kooperatif Guru Kelas V
Di Gugus Karyamukti
pada Akhir Siklus 1
No
|
Pengamat
|
Skor
Mutu Pembelajaran
|
Rata-rata
AB
|
||||||||||||
Kelompok
A
|
Ra ta 2
|
Kelompok
B
|
Ra
ta 2
|
||||||||||||
1
|
2
|
3
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
||||||||
1
|
Peneliti
|
66
|
67
|
64
|
65
|
67
|
68
|
69
|
70
|
67
|
68
|
66,5
|
|||
2
|
Teman sejawat
|
68
|
67
|
68
|
68
|
68
|
66
|
69
|
66
|
67
|
67
|
67,5
|
|||
Rata-Rata
|
66,5
|
67,5
|
67
|
Sedangkan hasil pengamatan pelaksanaan tindakan pembimbingan dapat
dilihat pada tabel 3 teman sejawat mengamati tindakan peneliti dalam membimbing
dengan partisipasi aktif.
Tabel 3
Hasil Rata-rata Pengamatan Proses Pembimbingan secara individu
Pada
Akhir Siklus 1
No
|
Pengamat
|
Skor
Pembimbingan untuk
|
Ket
|
||
Kel. A
|
Kel.
B
|
Rata-rata
|
|||
1
|
Teman sejawat
|
17
|
19
|
18
|
Keterangan: Skor
data pembimbinga dari 0–10 kurang maksimal, 11–20 cukup
dan 21-30 maksimal.
Terlihat bahwa skor pembimbingan untuk guru kelas V dalam wilayah gugus Karyamukti
untuk kelompok A ( kurang ) dan kelompok B
(
cukup) adalah 17 dan 19 sehingga rata-rata 18 atau masih dalam kategori
cukup dan belum maksimal. Masih ada beberapa butir indikator yang belum tampak
optiimal, bahkan ada yang sama sekali tidak muncul, misalnya mengemukakan
tujuan, pembimbingan pada evaluasi pembelajaran, penggunaan multi metode dan
multi media, maupun memunculkan ide-ide atau gagasan guru.
4. Refleksi
Dari hasil pengamatan yang
telah dilakukan pada siklus 1, dan untuk mengetahui apakah kemampuan guru
dalam melaksanakan pembelajaran meningkat, maka hasil pengamatan pada akhir
siklus 1 dibandingkan dengan data awal. Data awal untuk kelompok A rata-rata 48
dan kelompok B rata- rata 50 , maka rata-rata
seluruh adalah 49 ( kategori kurang ). Pada siklus 1 diperoleh data rata-rata untuk kelompok A adalah 66,5 dan untuk kelompok B adalah 67,5 maka
rata-rata 67. Data ini
tampak dalam tabel 4 dan dalam gambar / diagram 2 di bawah ini.
Tabel 4
Rata-rata
Data Awal dan Akhir Siklus 1
No
|
Data
Penelitian
|
Data
Awal
|
Siklus
1
|
Kenaikan
|
Prosentase
Kenaikan
|
1
|
Mutu Pembelajaran
|
49
|
67
|
18
|
36,7
%
|
2
|
Pembimbingan
|
0
|
18
|
18
|
60 % .
|
Keterangan:
Skor maksimal mutu pembelajaran 100 dan pembimbingan 30.
Gambar 2
Diagram
Rata-rata Data Awal dan Akhir Siklus 1
Berdasarkan tabel tersebut dapat diketahui bahwa mutu proses
pembelajaran mengalami kenaikan 18 skor atau 36,7 % dan pelaksanaan
pembimbingan mencapai skor 18 atau 60 %. Pada proses pembelajaran sebagian
besar masih belum tampak pada proses elaborasi dan konfirmasi, serta nuansa
pembelajaran kooperatif belum maksimal. Sedangkan untuk pembimbingan masih ada
yang belum nampak antara lain ; penyampaian tujuan pembimbingan, pembimbingan
pada evaluasi pembelajaran, penggunaan multi metode, memunculkan ide-ide guru,
dan masih menggurui guru. Berdasarkan hasil siklus 1 tersebut, maka
pembimbingan akan dilakukan lagi dengan memenuhi semua indikator pembimbingan,
dengan harapan mutu pembelajaran juga akan meningkat.
C. DESKRIPSI SIKLUS II
1.
Perencanaan
Tindakan
Setelah melakukan refleksi
antara peneliti dengan kolaborator, maka peneliti merencanakan tindakan pada
siklus ke 2. Peneliti melakukan koordinasi dengan Kepala Sekolah dalam wilayah
Gugus Karyamukti untuk menentukan tindakan pembimbingan pada siklus 2. Disepakati
akan dilakukan pembimbingan secara individu kepada setiap guru sesuai dengan
masalah yang dihadapi. Pelaksanaan mulai hari Rabu tanggal 2 Oktober sampai dengan
hari Kamis 10 Oktober 2015. Peneliti menyiapkan materi dan
instrumen observasi pembimbingan dan observasi pembelajaran.
2.
Pelaksanaan
Tindakan
Pelaksanaan supervisi
klinis atau pembimbingan tentang perbaikan proses pembelajaran ke arah
pembelajaran berpusat kooperatif oleh peneliti terhadap guru
kelas V SDN se Gugus Karyamukti dilakukan secara individual dengan
mempertimbangkan kelemahan yang ada pada tiap guru tersebut. Hal ini
dilakukan mulai hari Jum’at tanggal 2 Oktober sampai
dengan hari Sabtu tanggal 10 Oktober 2015 secara bergilir. Dengan diamati
oleh teman sejawat, peneliti menyampaikan tujuan pembimbingan. Pembimbingan
dengan mengkaji RPP secara bersama yang telah dimiliki, disesuaikan dengan
standar proses, dan pedoman model pembelajaran Kooperatif yang di
dalamnya terdapat penentuan alat peraga, metode, langkah-langkah pembelajaran,
dan evaluasi hasil belajar, refleksi , tindak lanjut maupun pencapaian KKM yang
dirumuskan.
Materi yang akan
dipraktikkan pada siklus 2 adalah tentang kegiatan pembelajaran IPS :
Tokoh Pahlawan Pergerakan Nasional, kemudian guru mengemukakan ide-ide
melakukan simulasi pembelajaran. Guru terlihat gembira, dan merasa percaya diri
dalam melakukan pembelajaran, kemudian menyusun langkah-langkah pembelajaran
yang berisi eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi serta penjelasannya.
Mulai hari Jum’at
tanggal 2 Oktober sampai hari Sabtu tanggal 10 Oktober 2015 tersebut,
peneliti dan teman sejawat melakukan pengamatan terhadap guru kelas V
secara bergilir dalam pembelajaran berpusat kooperatif. Masing-masing
guru kelas V menyiapkan RPP hasil revisi di mejanya, beserta alat peraga yang
digunakan. Dalam kondisi ini guru-guru terlihat lebih semangat, sehingga
tertarik dengan alat-alat yang disediakan di atas meja, kemudian Guru mulai
melakukan pembelajaran.
Peneliti dan teman sejawat
duduk di kelas paling belakang dengan sikap tenang, serius sambil
mengamati proses pembelajaran kooperatif. Siswa tampak gembira dan aktif
di kelompoknya mengikuti pembelajaran yang berlangsung.
3.
Hasil
Pengamatan
Ringkasan hasil pengamatan
proses pembelajaran guru kelas V SD se Gugus Karyamukti pada siklus 2
dapat dilihat pada tabel 5. Rata-rata skor hasil pengamatan untuk
kelompok A adalah 76,5, sedangkan rata-rata pengamatan untuk kelompok B adalah
79,5, Rata-rata total menjadi 78 atau masuk dalam kategori baik atau mampu
melaksanakan pembelajaran berpusat kooperatif. Selengkapnya dapat dilihat pada
lampiran. Hal yang belum muncul adalah penerapan teknologi informasi, dan
melakukan pameran.
Tabel 5
Hasil
Pengamatan Proses Pembelajaran Guru Kelas V
Se Gugus Karyamukti
pada Akhir Siklus 2
No
|
Pengamat
|
Skor
Mutu Pembelajaran
|
Rata-rata
AB
|
||||||||||||
Kelompok
A
|
Ra ta 2
|
Kelompok
B
|
Ra
ta 2
|
||||||||||||
1
|
2
|
3
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
||||||||
1
|
Peneliti
|
75
|
77
|
78
|
77
|
80
|
81
|
79
|
82
|
79
|
80
|
78.5
|
|||
2
|
Teman sejawat
|
75
|
76
|
76
|
76
|
78
|
80
|
79
|
80
|
79
|
79
|
77,5
|
|||
Rata-Rata
|
76,5
|
79,5
|
78
|
Keterangan: skor
data mutu pembelajaran maksimal adalah 100
Data pembimbingan siklus 2
dapat dilihat pada tabel 6 berikut. Hasil pengamatan teman sejawat terhadap
peneliti dalam melakukan pembimbingan adalah 29 untuk semua guru. Atau sudah
nampak maksimal karena mendekati skor 30.
Tabel 6
Hasil Pengamatan Proses Pembimbingan
secara individu
Pada Akhir Siklus 2
No
|
Pengamat
|
Skor
Pembimbingan untuk
|
Ket
|
||
Kel A
|
Kel B
|
Rata-rata
|
|||
1
|
Teman sejawat
|
29
|
29
|
29
|
Keterangan: Skor data maksimal
pembimbingan adalah 30
4.
Refleksi
Berdasarkan skor siklus 2,
maka dapat dilihat peningkatan dari siklus 1 sampai siklus 2 ( tampak
dalam tabel 7 dan diagram/gambar 3 ). Peningkatan mutu pembelajaran adalah naik
11 skor atau 16,4 %, sedangkan keberhasilan proses pembimbingan adalah naik 11
atau 36 %.
Tabel 7
Rata-rata
Data Akhir siklus 1 dan Akhir Siklus 2
No
|
Data
Penelitian
|
Siklus
1
|
Siklus
2
|
Kenaikan
|
Prosentase
Kenaikan
|
1
|
Mutu Pembelajaran
|
67
|
78
|
11
|
22,3 %
|
2
|
Pembimbingan
|
18
|
29
|
11
|
36 %
|
Keterangan
: Skor maksimal mutu pembelajaran 100 dan pembimbingan 30
Gambar 3
Diagram
rata-rata data Akhir siklus 1 dan Akhir Siklus 2
D. PEMBAHASAN DAN DISKUSI
Berdasarkan hasil tindakan
pada siklus 1 dan 2 di atas dapat dirangkum ke dalam tabel 8 yaitu dari data
awal, siklus 1, dan siklus 2. Pada mutu pembelajaran terjadi peningkatan dari
data awal sampai akhir siklus 2 adalah 29 atau 59 %. Data pembimbingan dari
awal sampai siklus 2 adalah 29 atau 96%.
Tabel 8
Rata-rata
data awal, Akhir Siklus 1 dan Akhir Siklus 2
No
|
Data
Penelitian
|
Data
Awal
|
Siklus
1
|
Siklus
2
|
Total
Kenaikan
|
Prosentase
Kenaikan
|
1
|
Mutu Pembelajaran
|
49
|
67
|
78
|
29
|
59 %.
|
2
|
Pembimbingan
|
0
|
18
|
29
|
29
|
96 %
|
Gambar 4
Diagram
rata-rata data awal, Akhir Siklus 1 dan Akhir Siklus 2
Berdasarkan tabel tersebut
dapat dilakukan pembahasan bahwa Penelitian Tindakan Sekolah tentang
meningkatkan mutu pembelajaran berpusat kooperatif melalui supervisi
klinis secara kelompok dan individu oleh peneliti terhadap guru kelas V
se Gugus Karyamukti dapat dikatakan berhasil karena terjadi peningkatan
skor pada mutu pembelajaran dan skor pembimbingan. Hal ini lebih terlihat jelas
pada diagram 4. Walaupun masih belum sempurna, namun sudah mendekati pada skor
maksimal dalam arti ada peningkatan yang memuaskan.
Indikator keberhasilan dari
tindakan tersebut tidak hanya naiknya skor pengamatan, tetapi juga diikuti
kesesuaian indikator keberhasilan yaitu:
1. Pembimbingan secara kelompok dan individu dilakukan secara intensif oleh
Kepala Sekolah, sehingga guru tidak merasa malu jika mengalami kesalahan.
2. Guru menyusun RPP sendiri dengan bimbingan Kepala Sekolah.
3. Kepala Sekolah memberi bimbingan pembelajaran tampak pada siklus ke 2,
kemudian Kepala Sekolah sebagai peneliti dalam membimbing guru ini telah
memberikan contoh pembelajaran yang baik sesuai harapan.
4. Kepala Sekolah menjelaskan isi standar proses dan cara pengelolaan model
pembelajaran kooperatif dengan memasukan dalam kegiatan inti, dan hal ini telah
dilakukan dalam pembimbingan.
5. Frekuensi pembimbingan dilakukan lebih sering, teratur, dan lebih terasa
adanya perubahan, karena dilakukan sendiri oleh Kepala. Hal ini terbukti bahwa
guru kelas V se Gugus Karyamukti Kecamatan Cibalong masing-masing dibimbing sebanyak
2 siklus dan tiap siklus 3 pertemuan, sangat tergantung pada peneliti, dan
merasakan perubahan dirinya dalam perbaikan pembelajaran kooperatif yang
dilakukan.
E. HASIL TINDAKAN
Berdasarkan pembahasan di
atas dapat disimpulkan bahwa tindakan pembimbingan secara kelompok kecil dan
individu, peneliti berhasil meningkatkan mutu proses pembelajaran. Bukti
keberhasilan tersebut adalah bahwa mutu proses pembelajaran yang dilakukan guru
kelas V se Gugus Karyamukti dari kondisi awal sebelum siklus : 1 ke
kondisi akhir siklus : 2 terdapat peningkatan dari skor 49 menjadi 67
pada siklus 1, dan 78 pada siklus 2. Total kenaikan sebesar 29. Proses
pembimbingan dengan partisipasi aktif Kepala Sekolah dari kondisi awal belum
dilaksanakan ( 0 ), menjadi dilaksanakan dengan skor keberhasilan 18 pada
siklus 1 dan 29 pada siklus 2, sehingga total kenaikan 29. Kenaikan skor mutu
pembelajaran ini merupakan hasil dari proses pembimbingan secara individu oleh
peneliti.
Dengan demikian hipotesis
tindakan yang berbunyi supervisi klinis dapat meningkatkan kemampuan guru dalam
melaksanakan pembelajaran model kooperatif bagi guru kelas V se gugus Karyamukti
Kecamatan Cibalong Kabupaten Garut, telah terbukti benar. Dengan kata lain
kemampuan melaksanakan pembelajaran model kooperatif dapat ditingkatkan melalui
supervisi klinis oleh Kepala Sekolah sebagai peneliti, dan
sekaligus sebagai wilayah binaan gugus.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. SIMPULAN
Berdasarkan uraian yang
telah dikemukakan maka, pada bab V ini dapat disimpulkan bahwa Penelitian
Tindakan Sekolah yang berjudul: “Upaya Peningkatan Kemampuan Guru kelas V
Sekolah Dasar Dengan Model Pembelajaran Kooperatif Melalui Supervisi Klinis di
Gugus Karyamukti Kecamatan Cibalong Kabupaten Garut Semester I Tahun
Pelajaran 2014 /2015 ” ternyata dapat terbukti kebenarannya.
Hal ini dibuktikan dengan
naiknya skor hasil kegiatan pembelajaran dari 49 menjadi 67 pada siklus 1, dan
78 pada siklus 2. Total kenaikan sebesar 59 %. Proses supervisi klinis atau dalam hal ini
pembimbingan dengan partisipasi aktif Kepala Sekolah sebagai peneliti, dari
kondisi awal belum dilaksanakan semula 0 menjadi dilaksanakan dengan skor
keberhasilan 18 pada siklus 1, dan keberhasilan 29 pada siklus 2,
sehingga total kenaikan keberhasilan 96%.
Selain kenaikan skor data
pengamatan di atas, keberhasilan tindakan juga dibuktikan dengan tampaknya
indikator keberhasilan sebagai berikut ;
1.
Pembimbingan
kelompok kecil dan individu dilakukan secara serius menarik.
2.
Guru
melaksanakan pembelajaran model kooperatif dengan bimbingan Kepala Sekolah
sebagai peneliti.
3.
Kepala
Sekolah banyak memberi contoh pembelajaran yang menarik hati.
4.
Kepala
Sekolah menjelaskan isi standar proses dan pengelolaan pembelajaran model
kooperatif serta teknis memasukannya dalam kegiatan
inti proses pembelajaran.
5.
Pelaksanaan
pembimbingan dilakukan secara teratur, karena dilakukan sendiri oleh Kepala
Sekolah sebagai peneliti di Dabin Gugus Sekolah ini.
B. SARAN
1. Kepada rekan-rekan Kepala Sekolah, agar dalam
melakukan pembinaan terhadap guru di daerah binaannya dapat menggunakan
langkah-langkah penelitian ini. Teknik supervisi dilakukan bervariasi menurut
kondisi guru, sehingga mudah mencapai hasil pembelajaran yang lebih baik. Perlu
juga diubah pelaksanaan supervisi yang diartikan tidak hanya menilai guru
secara langsung di dalam kelas, tetapi lebih dari itu, adalah meningkatkan
kemampuan guru dalam penerapan model pembelajaran kooperatif. Sehingga dengan
pendekatan ini, guru dalam melakukan pembelajaran merasa perlu dan penting
untuk meningkatkan prestasi yang lebih baik. Pembimbingan yang sungguh-sungguh
sudah selayaknya merupakan kewajiban tugas-tugas pokok dan fungsi Kepala
Sekolah, sehingga mampu mencapai hasil sesuai dengan harapan.
2. Kepada para Kepala Sekolah, agar cara
pembinaan tersebut dapat diterapkan dalam membina guru-guru, sehingga seorang
guru akan merasa senang, nyaman melaksanakan model-model pembelajaran di
kelasnya, seperti model kelompok kecil yang sangat menyentuh anak dalam
belajarnya, sehingga pada gilirannya, guru mampu meningkatkan mutu diri yang
selanjutnya secara profesional meningkatkan prestasi belajar para siswanya dan
dapat meningkatkan mutu pendidikan pada umumnya sesuai dengan harapan orang
tua, masyarakat dan bangsa Indonesia tercinta ini.
DAFTAR PUSTAKA
Dirjen PMPTK. 2010 . Penelitian Tindakan Sekolah,
Jakarta : Kemendiknas.
------------------, 2010 . Supervisi Akademik,
Jakarta : Kemendiknas.
Moh. User Usman, 1995 . Menjadi guru
professional. Jakarta :
------------------, 2007 . Permendiknas No
41/ 2007 . Jakarta : Kemendiknas.
Purwodarminto, WJS. Kamus Bahasa Indonesia,
Jakarta : Balai Pustaka.
Saifudin, 2007 . Metode Penelitian ,
Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Suharsimi Arikunto, 2004 . Prosedur
Penelitian. Jakarta : Rineksa Cipta.
Sugiyanto, 2010. Model-model Pembelajaran
Inovatif. Surakarta: Yuma Pressindo.
Selengkapnya Silahkan Download Gratis pada link di bawah ini.
COVER PTS >>> DISINI
LEMBAR PENGESAHAN PTS >>> DISINI
LAPORAN PTS >>> DISINI
CONTOH PROSENTASE SIKLUS PTS >>> DISINI
CONTOH LAPORAN PTS BAB 1, 2, 3 SMP EDITEUN >>> DISINI
SANGAT BERGUNA, MENUNYA MUDAH DIMENGERTI
ReplyDeleteSANGAT BERMANFAAT PTS INI BAGI SAYA. TRIMS.
ReplyDeletesangat membantu
ReplyDelete