Peran dan Fungsi Guru Sebagai Pendidik


Tidak sedikit fenomena pendidikan yang terkadang menembus batas kecemasan dan kekhawatiran kita sebagai pendidik atau calon pendidik. Misalnya, ketika seorang guru menyuruh peserta didik untuk mengangkat tangan kanannya. "Anak-anak, ayo angkat tangan kananmu semua"! sembari guru tersebut memberi contoh mengangkat tangan kanannya ke atas. Sesaat setelah semua peserta didik mengangkat salah satu tangannya ke atas, guru  tersebut langsung marah karena lebih dari setengah peserta didiknya mengangkat tangan kirinya ke atas. Guru tersebut berkata, "kalau tangan kanan bukan yang itu, yang ini!", sambil memegang tangan kanan yang diketaskan itu dengan tangan kirinya. Beberapa peserta didik menjawab, "Kan yang lurus dengan tangan yang ibu angkat ke atas yang ini, Bu', sambil memegang tangan kiri yang mereka angkat dengan tangan kanannya. Konon kabarnya, kejadian tersebut terjadi di kelas II Sekolah Dasar. Kasus lainnya, dialami oleh peserta didik kelas VI Sekolah Dasar X yang dihukum gurunya di depan kelas. Mereka disuruh berdiri selama pembelajaran berlangsung. Hari berikutnya mereka tidak masuk kelas, dan beberapa di antaranya hampir putus sekolah. Padahal setelah ditelusuri, mereka termasuk peserta didik potensial. Yang lebih mengejutkan lagi jika terdengar ada guru yang berperilaku tidak normatif, misalnya, guru berjudi meskipun kecil-kecilan, mabuk, atau melakukan penyimpangan lainnya.
Apabila kita berikan analisis kritis terhadap tiga kasus tersebut, maka kasus pertama sangat mungkin terjadi jika guru tidak memahami kemampuan kognitif anak seusia kelas II SD, anak seusia itu perkembangan kognitifnya berada pada tahap operasional konkrit. Apa yang tampak itulah yang ia lihat sebagai suatu kebenaran, sebab anak seusia itu belum begitu mampu membedakan ruang dari dua arah seperti kasus di atas. Kalau demikian adanya, sebaiknya guru menjelaskan dulu mana tangan kanan dan mana tangan kiri itu, jangan langsung mengangkat tangan kanannya sembari berhadap-hadapan dengan peserta didik. Dari kasus ini tampaklah bahwa penting kiranya kita memahami fenomena sejenis kasus itu dengan memahami teori yang mampu menjelaskannya. Itulah sebabnya guru harus mempelajari hakikat pendidikan berdasarkan tiga teori dalam aliran psikologi kognitif, behavioristis, dan humanistis.
Pada kasus kedua dan ketiga dapat dikaji dan erat kaitannya dengan teori behavioristis, humantistis dan peran guru sebagai pendidik. Kasus ini dapat dijelaskan oleh ketiga analisis tersebut. Misalnya, perilaku guru yang tidak normatif seperti pada gambaran kasus di atas begitu kontradiktik dengan perannya sebagai penerjemah program sistem nilai. Dari analisis psikologisnya dapat dijelaskan pula bahwa pada hakikatnya anak akan belajar dari lingkungan, dan salah satu dari lingkungan itu ialah guru. Perlu dicatat pula bahwa belajar pada masa anak kebanyakan bersifat imitatif. Penjelasan tersebut berimplikasi bahwa guru betul-betul harus menjadi contoh atau model terbaik (uswatun hasanah) bagi peserta didiknya.     

Lebih baik bagikan dulu sebelum di download

Baca juga Artikel Penting Lainnya


Demikanlah artikel dan file yang kami bagikan ini, semoga dapat menjadi referensi dalam memudahkan pekerjaan Ibu dan Bapak Guru. Berikanlah komentar yang relevan demi perbaikan blog ini, agar dunia pendidikan kita lebih baik sesuai dengan tujuan yang diharapkan.

0 Response to "Peran dan Fungsi Guru Sebagai Pendidik"

Post a Comment

Terima kasih sudah berkunjung