
Penulis sebelum menulis terbenak suatu pertanyaan. Mengapa negeri yang kita cinta ini terkenal dengan sumber daya alam, tapi masyarakatnya masih banyak yang miskin?. Jawabannya adalah karena Indonesia tidak memiliki SDM yang berkualitas untuk memanfaatkan SDA yang melimpah itu. Akhirnya bingung harus diapakan sumberdaya daya alam yang melimpah itu. Dalam keadaan seperti ini, akhirnya dieksploitasi secara habis-habisan tanpa memperhatikan keseimbangan ekosistem alam. Akibatnya alam menjadi rusak, dan bencana terjadi dimana-mana.
Memang secara individualitas individu SDM kita banyak yang unggul, bahkan negara lain pun banyak yang mengikuti. Dalam setiap bidang sering muncul orang-orang sebagai anak bangsa yang berkualitas. Misalnya anak-anak kita menjadi juara olimpiade fisika tingkat dunia. Farid anak seorang tukang jualan rokok dari bekasi menjadi juara catur dunia kelompok anak-anak. Di Garut pun pada awal abad 19 sampai abad 20 sudah memiliki manusia-manusia yang unggul, sebut saja seperti Moh. Musa, K.H. Hasan Mustafa, K.H. Mustofa Kamil, K.H. Anwar Musaddad, Rd. Ayu Lasminingrat, Kartadinata, Achdiat Kartamihardja, dll. (Lihat tulisan Usep Romli, Garoet Pos "Siapa Bilang SDM Garut rendah?")
Keunggulan dari bangsa ini adalah banyak orang-orang Indonesia menonjol di negara lain. Sama halnya oran Garut banyak yang berprestasi di daerah lain, misalnya Zenal Arif, Uut Kuswndi dalam cabang sepak bola, dan banyak lagi yang lainnya.
Sebuah kenyataan yang mengerikan masih ada di selatan Garut yang miskin, padahal SDA melimpah ruah, ada laut yang luas tempat ikan, terumbu karang, rumput laut, ikan hias, dan banyak lagi yang lainnya masih melimpah. Yang semuanya itu bisa diberdayakan untuk meningkatkan tarap hidup mereka.
Ini semua kembali kepada SDM-nya. Kualias SDM kita masih rendah. Kita semua sudah paham bahwa untuk meningkatkan SDM adalah melalui pendidikan. Tapi, mengapa pendidikan belum dihadikan foros dalam pembangunan bangsa. Dalam konteks pembangunan nasional, bidang pendidikan masih disamakan dengan bidang-bidang lain, seperti politik, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan keamanan, dan lain-lain. Mestinya pendidikan harus dijadikan poros atau inti dari bidang-bidang lain itu.
Tidak dijadikan pendidikan sebagai poros pembangunan bangsa, karena kita lebih menhargai pembangunan yang serba instan. Kita lebih menghargai pembangunan fisik daripada pembangunan pendidikan. Kita paham bahwa pembangunan pendidikan adalah pembangunan masa depan. Hari ini membangun, sepuluh atau dua puluh tahun ke depan hasilnya baru bisa dirasakan. Seharusnya, Sejak republik ini berdiri pembangunan SDM dijadikan prioritas utama.
Kalau pendidikan dijadikan poros yang utama dalam pembangunan bangsa maka otomatsi bidang-bidang yang lainnya juga akan ikut maju. Karena disemua bidang itu intinya adalah SDM yang berkualitas. SDM yang berkualitas bisa terwujud melalui pendidikan yang benar.
Pendidikan inilah yang akan melahirkan SDM yang berkualitas, SDM yang betul-betul bisa merubah keadaan. Menurut Dr. Budi Suhardiman, M.Pd., Pendidikan yang akan berhasil SDM yang handal adalah pendidikan yang berbasis lokal berwawasan global.
Berbasis lokal yaitu pendidikan yang mengangkat karakter kita sebagai bangsa Indonesia. Karakter bangsa Indonesia adalah nilai-nilai yang sudah lama hidup di masyarakat. Nilai-nilai tersebut sudah terbukti mengangkat harkat dan masyarakat bangsa Indonesia. Nilai-nilai yang dimaksud adalah jiwa patriotisme, keberanian dalam membela kebenaran, kemandirian, gotong royong, dll. Nilai-nilai sudah ada sejak lama dan menyatu dengan bangsa Indonesia.
Berwawasan global dalam arti bahwa kita harus ikut dalam pergaulan dunia. Karena kita merupakan dari masyarakat dunia. Kita harus membuka diri dengan dunia luar supaya cara pandang kita lebih luas.
Pendidikan karakter sebuah bangsa harus dimulai dari individu. Karakter-karakter individu akan membentuk karakter kelompok masyarakat yang akhirnya akan membentuk karakter sebuah bangsa.
Semua ini penting mengingat hubungan antar bangsa sudah menembus dinding kebudayaan kita atau karakter bangsa. Dampaknya kalau dibiarkan karakter bangsa ini akan habis dikikis oleh tsunami globalisasi. Akhirnya kita akan kehilangan jati diri sebagai bangsa yang bermanfaat atau punya harga diri .
refensi/sumber : Dr. Budi Suhardiman, M.Pd
Ali Bin Abi Thalib ra ( Sahabat Rasulullah )
"Ikatlah ilmu dengan menulis"
(Purnomo, edukasi, kompasiana.com)
0 Response to "Menyiapkan SDM yang Berkualitas Melalui Pendidikan Karakter"
Post a Comment
Terima kasih sudah berkunjung