Modul pembinaan karir guru kelompok kompetensi J terdiri dari beberapa kegiatan pembelajaran yang didalamnya terdapat aktivitas-aktivitas pembelajaran sebagai pendalaman dan penguatan pemahaman materi yang dipelajari. Modul ini mempersiapkan lembar kerja yang nantinya akan dikerjakan oleh peserta, lembar kerja tersebut dapat terlihat pada tabel berikut.
Tabel. 2 Daftar Lembar Kerja Modul
Keterangan.
TM : Digunakan pada Tatap Muka Penuh
IN1 : Digunakan pada In service learning 1
ON : Digunakan pada on the job learning
Tetapi pada kesempatan ini kami akan memposting LK 01 yaitu Refleksi Pembelajaran sebagai TM (Tatap Muka) In 1.
Baiklah perhatikan soal, kunci jawaban serta pembahassan berikut ini. Bisa kelompok atau individu.
Kami sajikan selengkapnya.
TM : Digunakan pada Tatap Muka Penuh
IN1 : Digunakan pada In service learning 1
ON : Digunakan pada on the job learning
Tetapi pada kesempatan ini kami akan memposting LK 01 yaitu Refleksi Pembelajaran sebagai TM (Tatap Muka) In 1.
Baiklah perhatikan soal, kunci jawaban serta pembahassan berikut ini. Bisa kelompok atau individu.
Kami sajikan selengkapnya.
GURU PEMBELAJAR
MODUL PELATIHAN SD KELAS TINGGI
KELOMPOK KOMPETENSI J
PROFESIONAL
TIK DAN TINDAKAN REFLEKTIF
UNTUK PENGEMBANGAN KEPROFESIAN
MODUL PELATIHAN SD KELAS TINGGI
KELOMPOK KOMPETENSI J
PROFESIONAL
TIK DAN TINDAKAN REFLEKTIF
UNTUK PENGEMBANGAN KEPROFESIAN
Kelompok : …………………………………
Ketua : Dadang, S.Pd.
Anggota : 1. Suhaya, S.Pd.
2. Ai Yuni Hapitriyani, S.Pd.
3. ……………………………
4. ……………………………
Pembelajaran 1
LK 01. Refleksi Pembelajaran
Perhatian kasus pembelajaran berikut:
Deskripsi situasi:
Salah satu temuan menarik yang diperoleh Pak Toro dari Refleksi pembelajaran adalah bahwa Pak Toro belum sepenuhnya berhasil melaksanakan pembelajaran tematik integratif. Walaupun sudah disediakan buku pegangan guru, siswa juga sudah memiliki buku siswa, akan tetapi tetap saja Pak Toro kesulitan mengajarkannya. Salah satu permasalahan yang dirasakan sulit oleh Pak Toro adalah bagaimana melalui tema yang ada dia harus mengajarkan kompetensikompetensi dasar masing-masing mata pelajaran. Sebagai contoh, Pak Toro sedang mengajarkan tema tentang “Berbagai Pekerjaan”, sub tema “Barang dan Jasa”. Sub tema ini diajarkan dengan kompetensi berasal dari 6 mata pelajaran, yaitu IPA, IPS, PKn, PJOK, dan Seni Budaya. Permasalahan yang dihadapi adalah kesulitan Pak Toro mengajarkan seluruh kompetensi yang ditetapkan hanya melalui membahas sub tema tersebut. Selama pembelajaran di kelas, siswa cenderung hanya mampu menguasi kulit tema yang diajarkan, tetapi tidak berhasil menguasai kompetensi yang diajarkan secara menyeluruh. Hal ini juga terlihat dari hasil yang diperoleh siswa yang kurang optimal dimana sebagian besar siswa tidak tuntas. Permasalahan tersebut terjadi di banyak pembelajaran tema atau sub tema yang lain.
Pak Toro mendokumentasikan catatan refleksi yang diperoleh pada jurnal refleksi yang disediakan di akhir bab. Dengan demikian, catatan hasil refleksi telah banyak dimiliki Pak Toro. Namun selama ini jurnal refleksi tersebut baru sebatas dokumentasi, dan belum dioptimalkan pemanfaatannya. Memang Pak Toro menggunakan catatan-catatan refleksi yang dimiliki ketika Pak Toro bermaksud mencari solusi terhadap permasalahan, namun belum pernah Pak Toro memanfaatkan jurnal refleksi tersebut dimanfaatkan sebagai bahan kajian yang mungkin bisa dituliskan dalam bentuk suatu makalah tertentu.
Pak Toro bahkan terkejut ketika mendapat infomasi bahwa dokumentasi pembelajaran yang dimilikinya bisa digunakan sebagai bahan menulis karya tulis ilmiah. Tidak sekedar terkejut. Pak Toro ternyata tidak setuju apabila kejadian yang terjadi di kelas yang diajarkan dan juga pengalaman mengajar yang dimilikinya, atau guru lain, dipresentasikan di suatu forum ilmiah. Pak Toro berpikir bahwa kejadian kelas atau pengalaman mengajar adalah sesuatu yang khusus, personal, dan tidak dapat dibagi dengan orang lain. Apalagi kalau itu sifatnya hanya
menyajikan masalah, bukan solusi. Menurut Pak Toro, itu tidak ada gunanya.
Dari kasus di atas,
Jawab:
2. Tidak benar. Menulis makalah, atau presentasi disuatu forum sering dipahami bahwa hal tersebut harus memuat pemecahan dari suatu masalah. Seperti dalam bidang kesehatan, makalah atau presentasi dianggap harus memuat obat apa yang sesuai untuk penyakit yang sedang dipaparkan. Namun sesungguhnya, makalah atau presentasi yang memaparkan/menggambarkan terjadinya suatu masalah kesehatan, jenis penyakit, penyebab penyakit, deskripsi tentang suatu penyakit, atau bahkan baru tentang ditemukannya suatu penyakit yang baru, sesungguhnya itu sesuatu yang sangat penting dan berguna. Dengan orang telah tahu tentang adanya suatu penyakit, gejalanya, penyebabnya, deskripsi penyakitnya, mereka akan lebih berhati-hati agar tidak terkena penyakit tersebut. Para ahli yang mendapatkan informasi tentang penyakit tersebut dapat saja kemudian melakukan berbagai penelitian tentang penyakit tersebut. Mungkin suatu saat berikutnya akan ada seorang ahli yang menemukan solusi atau obat dari penyakit tersebut.
Begitu juga dibidang pendidikan. Makalah atau presentasi yang menginformasikan tentang terjadinya suatu masalah di kelas, mis konsepsi, kesulitan mengajar, kesulitan belajar, dan lain-lain masalah di kelas, tidak tepat kalau dikatakan sebagai tidak berguna. Dengan dikomunikasikan permasalahan tersebut di suatu forum ilmiah tertentu, sangat mungkin guru tersebut akan mendapatkan masukan atau pandangan dari teman sejawat lain yang mendengar paparannya. Jika pun toh tidak saat itu guru tersebut mendapatkan pemecahan terhadap masalah mengajarnya, tetapi mungkin saja di waktu lain ada yang dapat memberikan solusinya. Selain itu, paparan tentang kejadian di kelas bisa menjadi wahana saling belajar guru satu dengan gur lain. Teman sejawat yang mendengar penjelasan suatu masalah di kelas dapat mengambil hikma atas kejadian tersebut, menambah wawasan antar guru, dan pada gilirannya masyarakat belajar di komunitas guru dapat terbangun. Tentu hal ini tidak berarti bahwa guru tidak boleh mengkomunikasikan suatu masalah disertai sekaligus pemecahannya. Bagus apabila seorang guru yang mendapatkan suatu masalah, dan kemudian dia telah menemukan strategi pemecahan atas masalah tersebut, kemudian dikomunikasikan satu paket masalah dan solusinya. Namun apabila memang solusi terhadap masalah tersebut belum mampu ditemukan, forum ilmiah justru bias menjadi salah satu jalan mencari pemecahan atas masalah tersebut.
3. Adakah yang menarik dan layak diangkat sebagai topik karya tulis ilmiah (misal, makalah atau artikel) dari pengalaman dan masalah yang dihadapi Pak Toro?
Jawab:
3. Tentu ada. Kesulitan mengajar tematik integratif merupakan informasi yang menarik.Temuan bahwa hasil belajar siswa yang belajar dengan pendekatan tematik integrative ternyata sulit mencapai kompetensi tiap mapel yang terkandung dalam tema, adalah menarik. Pengalaman mengajar dengan pendekatan tematik integratif tentu juga menarik. Dan mungkin masih ada yang lain.
4. Mengapa hal tersebut menarik? Adakah gunanya, baik bagi Pak Toro maupun teman sejawat yang lain yang mendengar informasi tersebut?
Jawab:
a. Kesulitan mengajar tematik integratif merupakan informasi yang menarik. Hal ini menarik karena pengajaran dengan tematik integratif telah banyak diinformasikan dan atau disosialisasikan. Jika ternyata memang masih terdapat banyak guru yang mengalami kesulitan, perlu dikaji apakah sosialisasi yang dilakukan, misalnya melalui diklat, telah efektif dilakukan. Atau, banyaknya guru yang mengalami kesulitan mengajar dengan tematik integratif disebabkan karena memang pendekatan ini sulit diterapkan di sekolah. Atau hal tersebut hanya disebabkan faktor belum bisa dan atau belum biasanya guru mengajar menggunakan pendekatan tersebut. Dan mungkin masih banyak kemungkinan lain. Dengan demikian apabila ada seorang guru dapat memaparkan kesulitankesulitan mengajar dengan pendekatan tematik integratif, hal tersebut dapat mendorong dilakukan kajian lebih lanjut tentang pembelajaran tematik integratif. Dari kajian tersebut mungkin nanti akan ditemukan fakta yang sesungguhnya, apakah desain diklat yang telah dilakukan untuk menyampaikan pendekatan tersebut ke guru perlu diperbaiki, atau penggunaan pendekatan tematik integratif di sekolah jangan-jangan memang perlu ditinjau ulang karena tidak tepat, atau para guru yang memang harus terus belajar dan membiasakan diri menggunakan pendekatan ini dalam pembelajaran, atau kemungkinan yang lain.
b. Temuan bahwa hasil belajar siswa yang belajar dengan pendekatan tematik integratif ternyata sulit mencapai kompetensi tiap mapel yang terkandung dalam tema, adalah menarik. Pendekatan tematik integratif diputuskan untuk diterapkan dalam pembelajaran di sekolah dasar dari kelas I sampai kelas VI karena dari berbagai kajian dan teori menyatakan bahwa pendekatan ini lebih yang sesuai dengan usia perkembangan siswa SD dari pada pembelajaran dengan pendekatan mata pelajaran. Siswa SD yang masih sangat awal mengenal dunia sekolah, dengan usia kurang lebih antara 6 – 12 tahun, dianggap belum saatnya dan akan kesulitan jika sudah diajarkan materi pelajaran yang terpisah-pisah dalam mata pelajaran tertentu. Siswa seusia mereka dianggap paling baik belajar dalam keutuhan, yaitu ilmu diajarkan tidak dalam bagian, tetapi dalam satu kesatuan tema tertentu. Dengan siswa SD mempelajari pengetahuan berbasis tema yang dekat dengan kehidupannya, diharapkan siswa akan lebih mudah memahaminya. Karena pemikiran inilah salah satunya mengapa pendekatan tematik integratif dipilih untuk digunakan di seluruh kelas SD. Namun apabila ada temuan yang menunjukkan bahwa siswa SD justru sulit menguasai kompetensi yang telah ditetapkan, tentu hal ini menarik untuk dikaji lebih lanjuta. Apakah asumsi-asumsi yang mendasari diterapkannya pendekatan tematik integratif memang benar? Atau, apakah pendekatan tematik integrative memang cocok diterapkan untuk SD dari kelas I sampai VI? Atau, apakah pendekatan tematik integratif yang memang menyebabkan siswa kesulitan menguasai kompetensi, atau memang kompetensi yang harus dikuasai siswa yang terlalu banyak sehingga menyulitkan siswa mempelajarinya? Atau, janganjangan perspektif yang menyatakan bahwa siswa SD harus sudah menguasai berbagai kompetensi yang bukanlah perspektif yang tepat, karena siswa SD seharusnya tidak diberi beban belajar terlalu banyak? Dan mungkin masih banyak hal lain yang menarik dikaji lebih lanjut. Kajian ini dapat berawal dari keterbukaan dan kesediaan guru yang telah menerapkannya menginfromasikan ke stakeholder lain, salah satunya melalui forum ilmiah. Jika tidak ada guru yang terbuka dan bersedia mengkomunikasikan pengalamannya, bagaimana bias dapat didapatkan informasi faktual dari pelaku langsungnya.
c. Pengalaman mengajar dengan pendekatan tematik integratif tentu juga menarik. Pepatah mengatakan bahwa pengalaman adalah guru yang terbaik. Setiap pengalaman pasti ada hikmah dibelakangnya. Begitu juga dengan paparan di forum ilmiah tentang pengalaman mengajar dengan pendekatan tematik integratif, dan mungkin pengalaman lain dari para guru dalam mengajar di kelas. Apa dan bagaimana kejadian di kelas pada saat pendekatan tematik integrative iterapkan merupakan suatu informasi yang sangat penting, baik bagi guru, masyarakat, maupun para pengembang kurikulum. Apalagi jika hal tersebut diperoleh dari penjelasan langsung para guru yang melakukannya di kelas. Tentu informasi tersebut sangat bernilai dan berguna. Berbeda dengan pendapat yang disampaikan orang tetapi tidak sebagai pelaku langsung di kelas, pengalaman guru dalam menerapkan pembelajaran dengan pendekatan tematik integrative dapat menjadi cermin langsung dari kebijakan penerapan pendekatan ini di sekolah. Dari pengalaman guru, masyarakat dan para pengambil kebijakan dapat memperoleh informasi berbasis empirik tentang keterlaksanaan pendekatan tematik integratif di kelas. Informasi empirik ini dapat menjadi landasan untuk dilakukan kajian yang lebih mendalam, atau mungkin bisa juga digunakan sebagai dasar pengambilan kebijakan
Cibalong, 20....
Mentor Penanggungjawab
Dian, S.Pd Dadang, S.Pd
Sebelumnya kami telah memposting diantaranya :
Rupanya tentang soal, kunci jawaban juga pembahasan LK 01 Modul PKB SD Kelas Tinggi Keprofesian cukup sampai disini. Semoga Bapak Ibu cepat selesai dalam mengerjakan tugas-tugasnya. Amin
Ketua : Dadang, S.Pd.
Anggota : 1. Suhaya, S.Pd.
2. Ai Yuni Hapitriyani, S.Pd.
3. ……………………………
4. ……………………………
Pembelajaran 1
LK 01. Refleksi Pembelajaran
Perhatian kasus pembelajaran berikut:
Deskripsi situasi:
Salah satu temuan menarik yang diperoleh Pak Toro dari Refleksi pembelajaran adalah bahwa Pak Toro belum sepenuhnya berhasil melaksanakan pembelajaran tematik integratif. Walaupun sudah disediakan buku pegangan guru, siswa juga sudah memiliki buku siswa, akan tetapi tetap saja Pak Toro kesulitan mengajarkannya. Salah satu permasalahan yang dirasakan sulit oleh Pak Toro adalah bagaimana melalui tema yang ada dia harus mengajarkan kompetensikompetensi dasar masing-masing mata pelajaran. Sebagai contoh, Pak Toro sedang mengajarkan tema tentang “Berbagai Pekerjaan”, sub tema “Barang dan Jasa”. Sub tema ini diajarkan dengan kompetensi berasal dari 6 mata pelajaran, yaitu IPA, IPS, PKn, PJOK, dan Seni Budaya. Permasalahan yang dihadapi adalah kesulitan Pak Toro mengajarkan seluruh kompetensi yang ditetapkan hanya melalui membahas sub tema tersebut. Selama pembelajaran di kelas, siswa cenderung hanya mampu menguasi kulit tema yang diajarkan, tetapi tidak berhasil menguasai kompetensi yang diajarkan secara menyeluruh. Hal ini juga terlihat dari hasil yang diperoleh siswa yang kurang optimal dimana sebagian besar siswa tidak tuntas. Permasalahan tersebut terjadi di banyak pembelajaran tema atau sub tema yang lain.
Pak Toro mendokumentasikan catatan refleksi yang diperoleh pada jurnal refleksi yang disediakan di akhir bab. Dengan demikian, catatan hasil refleksi telah banyak dimiliki Pak Toro. Namun selama ini jurnal refleksi tersebut baru sebatas dokumentasi, dan belum dioptimalkan pemanfaatannya. Memang Pak Toro menggunakan catatan-catatan refleksi yang dimiliki ketika Pak Toro bermaksud mencari solusi terhadap permasalahan, namun belum pernah Pak Toro memanfaatkan jurnal refleksi tersebut dimanfaatkan sebagai bahan kajian yang mungkin bisa dituliskan dalam bentuk suatu makalah tertentu.
Pak Toro bahkan terkejut ketika mendapat infomasi bahwa dokumentasi pembelajaran yang dimilikinya bisa digunakan sebagai bahan menulis karya tulis ilmiah. Tidak sekedar terkejut. Pak Toro ternyata tidak setuju apabila kejadian yang terjadi di kelas yang diajarkan dan juga pengalaman mengajar yang dimilikinya, atau guru lain, dipresentasikan di suatu forum ilmiah. Pak Toro berpikir bahwa kejadian kelas atau pengalaman mengajar adalah sesuatu yang khusus, personal, dan tidak dapat dibagi dengan orang lain. Apalagi kalau itu sifatnya hanya
menyajikan masalah, bukan solusi. Menurut Pak Toro, itu tidak ada gunanya.
Dari kasus di atas,
- Apakah benar bahwa kejadian kelas atau pengalaman mengajar adalah sesuatu yang khusus, personal, dan tidak dapat dibagi dengan orang lain?
- Apakah mengkomunikasikan permasalahan mengajar, tanpa memberikan solusi terhadap masalah tersebut adalah sesuatu yang tidak berguna?
- Adakah yang menarik dan layak diangkat sebagai topik karya tulis ilmiah (misal, makalah atau artikel) dari pengalaman dan masalah yang dihadapi PakToro?
- Menurut Anda, mengapa hal tersebut menarik? Adakah gunanya, baik bagi Pak Toro maupun teman sejawat yang lain yang mendengar informasi tersebut?
- Apakah benar bahwa kejadian kelas atau pengalaman mengajar adalah sesuatu yang khusus, personal, dan tidak dapat dibagi dengan orang lain?
- Benar bahwa kejadian di kelas merupakan kejadian yang khusus dan personal, yaitu kejadian itu memang kejadian yang hanya terjadi pada kelas itu, dan kejadian itu terjadi untuk pribadi-pribadi yang terlibat. Tetapi dari sudut pandang pendidikan kejadian di suatu kelas pembelajaran sangat mungkin terdapat kejadian yang mirip satu sama lain dengan kejadian di kelas lain. Walaupun siswa dan guru yang mengalami kejadian tidak sama antara suatu kelas dengan kelas yang lain, tetapi tidak bisa dikatakan bahwa itu sepenuhnya personal. Mereka sama-sama sivitas akademika di bidang pendidikan, guru dan siswa. Oleh karena itu, kejadian di suatu kelas sangat mungkin dialami kelas lain, siswa lain, dan guru lain. Dengan demikian tidak benar bahwa share suatu kejadian di kelas tidak dapat dilakukan. Seorang guru dengan dilandasi semangat kejujuran dan pencarian kebenaran akademik dapat berbagi pengalaman dan pandangan tentang kejadian-kejadian di kelas dengan teman sejawat lain. Hal ini tidak seharusnya dipahami sebagai kejadian membuka aib kelas sendiri, misalnya jika yang dibagi adalah kekurangan, kesalahan, atau kelemahan belajar siswa dan diri guru dalam mengajar. Namun hal tersebut justru akan bias menjadi momentum untuk saling belajar antara guru dan teman-teman sejawatnya.
Jawab:
2. Tidak benar. Menulis makalah, atau presentasi disuatu forum sering dipahami bahwa hal tersebut harus memuat pemecahan dari suatu masalah. Seperti dalam bidang kesehatan, makalah atau presentasi dianggap harus memuat obat apa yang sesuai untuk penyakit yang sedang dipaparkan. Namun sesungguhnya, makalah atau presentasi yang memaparkan/menggambarkan terjadinya suatu masalah kesehatan, jenis penyakit, penyebab penyakit, deskripsi tentang suatu penyakit, atau bahkan baru tentang ditemukannya suatu penyakit yang baru, sesungguhnya itu sesuatu yang sangat penting dan berguna. Dengan orang telah tahu tentang adanya suatu penyakit, gejalanya, penyebabnya, deskripsi penyakitnya, mereka akan lebih berhati-hati agar tidak terkena penyakit tersebut. Para ahli yang mendapatkan informasi tentang penyakit tersebut dapat saja kemudian melakukan berbagai penelitian tentang penyakit tersebut. Mungkin suatu saat berikutnya akan ada seorang ahli yang menemukan solusi atau obat dari penyakit tersebut.
Begitu juga dibidang pendidikan. Makalah atau presentasi yang menginformasikan tentang terjadinya suatu masalah di kelas, mis konsepsi, kesulitan mengajar, kesulitan belajar, dan lain-lain masalah di kelas, tidak tepat kalau dikatakan sebagai tidak berguna. Dengan dikomunikasikan permasalahan tersebut di suatu forum ilmiah tertentu, sangat mungkin guru tersebut akan mendapatkan masukan atau pandangan dari teman sejawat lain yang mendengar paparannya. Jika pun toh tidak saat itu guru tersebut mendapatkan pemecahan terhadap masalah mengajarnya, tetapi mungkin saja di waktu lain ada yang dapat memberikan solusinya. Selain itu, paparan tentang kejadian di kelas bisa menjadi wahana saling belajar guru satu dengan gur lain. Teman sejawat yang mendengar penjelasan suatu masalah di kelas dapat mengambil hikma atas kejadian tersebut, menambah wawasan antar guru, dan pada gilirannya masyarakat belajar di komunitas guru dapat terbangun. Tentu hal ini tidak berarti bahwa guru tidak boleh mengkomunikasikan suatu masalah disertai sekaligus pemecahannya. Bagus apabila seorang guru yang mendapatkan suatu masalah, dan kemudian dia telah menemukan strategi pemecahan atas masalah tersebut, kemudian dikomunikasikan satu paket masalah dan solusinya. Namun apabila memang solusi terhadap masalah tersebut belum mampu ditemukan, forum ilmiah justru bias menjadi salah satu jalan mencari pemecahan atas masalah tersebut.
3. Adakah yang menarik dan layak diangkat sebagai topik karya tulis ilmiah (misal, makalah atau artikel) dari pengalaman dan masalah yang dihadapi Pak Toro?
Jawab:
3. Tentu ada. Kesulitan mengajar tematik integratif merupakan informasi yang menarik.Temuan bahwa hasil belajar siswa yang belajar dengan pendekatan tematik integrative ternyata sulit mencapai kompetensi tiap mapel yang terkandung dalam tema, adalah menarik. Pengalaman mengajar dengan pendekatan tematik integratif tentu juga menarik. Dan mungkin masih ada yang lain.
4. Mengapa hal tersebut menarik? Adakah gunanya, baik bagi Pak Toro maupun teman sejawat yang lain yang mendengar informasi tersebut?
Jawab:
a. Kesulitan mengajar tematik integratif merupakan informasi yang menarik. Hal ini menarik karena pengajaran dengan tematik integratif telah banyak diinformasikan dan atau disosialisasikan. Jika ternyata memang masih terdapat banyak guru yang mengalami kesulitan, perlu dikaji apakah sosialisasi yang dilakukan, misalnya melalui diklat, telah efektif dilakukan. Atau, banyaknya guru yang mengalami kesulitan mengajar dengan tematik integratif disebabkan karena memang pendekatan ini sulit diterapkan di sekolah. Atau hal tersebut hanya disebabkan faktor belum bisa dan atau belum biasanya guru mengajar menggunakan pendekatan tersebut. Dan mungkin masih banyak kemungkinan lain. Dengan demikian apabila ada seorang guru dapat memaparkan kesulitankesulitan mengajar dengan pendekatan tematik integratif, hal tersebut dapat mendorong dilakukan kajian lebih lanjut tentang pembelajaran tematik integratif. Dari kajian tersebut mungkin nanti akan ditemukan fakta yang sesungguhnya, apakah desain diklat yang telah dilakukan untuk menyampaikan pendekatan tersebut ke guru perlu diperbaiki, atau penggunaan pendekatan tematik integratif di sekolah jangan-jangan memang perlu ditinjau ulang karena tidak tepat, atau para guru yang memang harus terus belajar dan membiasakan diri menggunakan pendekatan ini dalam pembelajaran, atau kemungkinan yang lain.
b. Temuan bahwa hasil belajar siswa yang belajar dengan pendekatan tematik integratif ternyata sulit mencapai kompetensi tiap mapel yang terkandung dalam tema, adalah menarik. Pendekatan tematik integratif diputuskan untuk diterapkan dalam pembelajaran di sekolah dasar dari kelas I sampai kelas VI karena dari berbagai kajian dan teori menyatakan bahwa pendekatan ini lebih yang sesuai dengan usia perkembangan siswa SD dari pada pembelajaran dengan pendekatan mata pelajaran. Siswa SD yang masih sangat awal mengenal dunia sekolah, dengan usia kurang lebih antara 6 – 12 tahun, dianggap belum saatnya dan akan kesulitan jika sudah diajarkan materi pelajaran yang terpisah-pisah dalam mata pelajaran tertentu. Siswa seusia mereka dianggap paling baik belajar dalam keutuhan, yaitu ilmu diajarkan tidak dalam bagian, tetapi dalam satu kesatuan tema tertentu. Dengan siswa SD mempelajari pengetahuan berbasis tema yang dekat dengan kehidupannya, diharapkan siswa akan lebih mudah memahaminya. Karena pemikiran inilah salah satunya mengapa pendekatan tematik integratif dipilih untuk digunakan di seluruh kelas SD. Namun apabila ada temuan yang menunjukkan bahwa siswa SD justru sulit menguasai kompetensi yang telah ditetapkan, tentu hal ini menarik untuk dikaji lebih lanjuta. Apakah asumsi-asumsi yang mendasari diterapkannya pendekatan tematik integratif memang benar? Atau, apakah pendekatan tematik integrative memang cocok diterapkan untuk SD dari kelas I sampai VI? Atau, apakah pendekatan tematik integratif yang memang menyebabkan siswa kesulitan menguasai kompetensi, atau memang kompetensi yang harus dikuasai siswa yang terlalu banyak sehingga menyulitkan siswa mempelajarinya? Atau, janganjangan perspektif yang menyatakan bahwa siswa SD harus sudah menguasai berbagai kompetensi yang bukanlah perspektif yang tepat, karena siswa SD seharusnya tidak diberi beban belajar terlalu banyak? Dan mungkin masih banyak hal lain yang menarik dikaji lebih lanjut. Kajian ini dapat berawal dari keterbukaan dan kesediaan guru yang telah menerapkannya menginfromasikan ke stakeholder lain, salah satunya melalui forum ilmiah. Jika tidak ada guru yang terbuka dan bersedia mengkomunikasikan pengalamannya, bagaimana bias dapat didapatkan informasi faktual dari pelaku langsungnya.
c. Pengalaman mengajar dengan pendekatan tematik integratif tentu juga menarik. Pepatah mengatakan bahwa pengalaman adalah guru yang terbaik. Setiap pengalaman pasti ada hikmah dibelakangnya. Begitu juga dengan paparan di forum ilmiah tentang pengalaman mengajar dengan pendekatan tematik integratif, dan mungkin pengalaman lain dari para guru dalam mengajar di kelas. Apa dan bagaimana kejadian di kelas pada saat pendekatan tematik integrative iterapkan merupakan suatu informasi yang sangat penting, baik bagi guru, masyarakat, maupun para pengembang kurikulum. Apalagi jika hal tersebut diperoleh dari penjelasan langsung para guru yang melakukannya di kelas. Tentu informasi tersebut sangat bernilai dan berguna. Berbeda dengan pendapat yang disampaikan orang tetapi tidak sebagai pelaku langsung di kelas, pengalaman guru dalam menerapkan pembelajaran dengan pendekatan tematik integrative dapat menjadi cermin langsung dari kebijakan penerapan pendekatan ini di sekolah. Dari pengalaman guru, masyarakat dan para pengambil kebijakan dapat memperoleh informasi berbasis empirik tentang keterlaksanaan pendekatan tematik integratif di kelas. Informasi empirik ini dapat menjadi landasan untuk dilakukan kajian yang lebih mendalam, atau mungkin bisa juga digunakan sebagai dasar pengambilan kebijakan
Cibalong, 20....
Mentor Penanggungjawab
Dian, S.Pd Dadang, S.Pd
Sebelumnya kami telah memposting diantaranya :
Jawaban dan Pembahasan Modul PKB SD Kelas Tinggi KK-J PedagogikSilahkan unduh di bawah ini.
Rupanya tentang soal, kunci jawaban juga pembahasan LK 01 Modul PKB SD Kelas Tinggi Keprofesian cukup sampai disini. Semoga Bapak Ibu cepat selesai dalam mengerjakan tugas-tugasnya. Amin
0 Response to "Soal, Kunci Jawaban dan Pembahasan LK 01 Modul PKB SD Kelas Tinggi KKJ Keprofesian"
Post a Comment
Terima kasih sudah berkunjung