PROPOSAL PTK MATEMATIKA BILANGAN PECAHAN KELAS V SD |
PENGGUNAAN ALAT PERAGA BILANGAN PECAHAN UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA KELAS V SD NEGERI KARYAMUKTI 2 DALAM POKOK BAHASAN PENJUMLAHAN BILANGAN PECAHAN
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat, taufik serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan Proposal PTK ini.
Penulisan Proposal PTK ini disusun sebagai tugas dalam rangka Program Pelaksanaan Kegiatan PKB Modul J di Komunitas Kelompok KKG Gugus Karyamukti Kecamatan Cibalong. Penulisan Proposal PTK sangat berguna bagi penulis sebagai pedoman untuk meningkatkan kemampuan siswa, baik ranah kognitif, afektif maupun psikomotor .
Keberhasilan penulisan proposal PTK Bilangan Pecahan Kelas V ini atas bantuan dan dorongan berbagai pihak sehingga pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
- Drs. Ruchjadi, MM. selaku Kepala UPT. Pendidikan Kecamatan Cibalong yang telah memberi izin kepada penulis untuk mengikuti Program Pelaksanaan Kegiatan PKB di Komunitas KKG Modul J.
- Maman, S.Pd. selaku Kepala SD Negeri Karyamukti 2 yang telah memberi izin kepada penulis untuk mengadakan praktik mengajar.
- Teman-teman sejawat yang telah membantu mengumpulkan data dalam penulisan laporan Proposal PTK ini .
Mohon kritik dan saran bagi siapa saja yang membacanya .
Karyamukti, Oktober 2017
Penulis
Karyamukti, Oktober 2017
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A. Identifikasi masalah
Berdasar hasil tes formatif mata pelajaran Matematika pokok bahasan penjumlahan bilangan pecahan yang dilaksanakan di Kelas V SD Negeri Karyamukti 2, hanya 8 siswa dari 32 siswa yang dapat menguasai materi pembelajaran sebesar 75% ke atas atau yang mendapat nilai 75 ke atas. Sedangkan 24 siswa nilainya kurang dari 75 sehingga belum tuntas dalam belajar serta rata-rata nilainya 59,58. Sedang target yang ingin dicapai 75% siswa menguasai materi.
Berdasarkan hasil reflektif tersebut diketahui beberapa kekurangan siswa dalam pembelajaran, yaitu :
- Siswa kurang memperhatikan pelajaran.
- Siswa belum menguasai konsep tentang bilangan.
- Siswa kurang aktif dalam pembelajaran.
- Siswa mengalami kesulitan dalam mengerjakan soal-soal latihan.
- Siswa mengerjakan soal dengan tergesa-gesa.
B. Analisis Masalah
Perilaku siswa tersebut di atas kurang mendukung keberhasilan dalam proses pembelajaran, sehingga hasil belajar yang diperoleh juga masih rendah dalam pokok bahasan penjumlahan bilangan pecahan. Dari kurang berhasilnya siswa tersebut, diketahui bahwa proses pembelajaran yang dilakukan penulis belum efektif. Untuk mengetahui secara rinci sebab-sebab kekurangberhasilan siswa tersebut, penulis melakukan refleksi diri.
Berdasarkan hasil reflektif tersebut diketahui bahwa faktor penyebab siswa kurang menguasai materi yang diajarkan adalah :
Perilaku siswa tersebut di atas kurang mendukung keberhasilan dalam proses pembelajaran, sehingga hasil belajar yang diperoleh juga masih rendah dalam pokok bahasan penjumlahan bilangan pecahan. Dari kurang berhasilnya siswa tersebut, diketahui bahwa proses pembelajaran yang dilakukan penulis belum efektif. Untuk mengetahui secara rinci sebab-sebab kekurangberhasilan siswa tersebut, penulis melakukan refleksi diri.
Berdasarkan hasil reflektif tersebut diketahui bahwa faktor penyebab siswa kurang menguasai materi yang diajarkan adalah :
- Guru membahas materi terlalu cepat.
- Bahasa guru sulit dipahami siswa.
- Guru tidak melibatkan siswa secara aktif dalam pembelajaran.
- Guru tidak menggunakan alat peraga yang menarik.
- Guru kurang memberikan contoh dan latihan soal-soal.
C. Perumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi dan analisis masalah di atas, maka penulis dapat merumuskan permasalahan sebagai berikut: Apakah penggunaan alat peraga bilangan pecahan dapat meningkatkan pemahaman siswa kelas V SD Negeri Karyamukti 2 dalam Pembelajaran Matematika Pokok Bahasan Penjumlahan bilangan pecahan sehingga dapat meningkatkan prestasi dengan baik ?.
Berdasarkan identifikasi dan analisis masalah di atas, maka penulis dapat merumuskan permasalahan sebagai berikut: Apakah penggunaan alat peraga bilangan pecahan dapat meningkatkan pemahaman siswa kelas V SD Negeri Karyamukti 2 dalam Pembelajaran Matematika Pokok Bahasan Penjumlahan bilangan pecahan sehingga dapat meningkatkan prestasi dengan baik ?.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
KAJIAN PUSTAKA
Pembelajaran matematika yang efektif akan dapat membantu siswa mencapai tujuan yang diharapkan. Pembelajaran yang efektif menuntut guru untuk memahami dengan baik hakekat dan tujuan pembelajaran, terutama pada pembelajaran matematika, terampil memanfaatkan media pembelajaran, serta menerapkan berbagai metode pembelajaran, terutama metode ceramah, demonstrasi, dan tanya jawab.
A. Pembelajaran Matematika yang Efektif
Matematika merupakan suatu bahan kajian yang memiliki objek abstrak dan dibangun melalui proses penalaran deduktif, yaitu kebenaran suatu konsep diperoleh sebagai akibat logis dari kebenaran sebelumnya yang sudah diterima sehingga keterkaitan antar konsep dalam matematika bersifat sangat kuat dan jelas (Kurikulum KBK 2004 : 13).
Jerome S. Bruner (dikutip Gatot Muhsetyo,dkk,2008) menekankan bahwa setiap individu pada waktu mengalami atau mengenal peristiwa atau benda di dalam pikirannya dapat dinyatakan sebagai proses belajar. Bruner membagi menjadi tiga tahapan yaitu: tahap enaktif, ikonik dan simbolik.
Penerapan ketiga tahapan tersebut dalam kegiatan pembelajaran matematika adalah sebagai berikut :
a. Tahap pertama dimulai dengan menggunakan benda/model konkrit di sekitar anak seperti dalam penjumlahan dengan membawa pensil, lidi, sedotan, buku dan lain-lain.
b. Tahap ikonik dengan menggunaka model semi konkrit (model gambar) seperti gambar buku, pensil, kelereng dan sebagainya. Atau menggunakan model semi abstrak (model diagram) yang menggunakan tanda-tanda tertentu misalnya menggunakan turus (tally), bundaran dan lain sebagainya.
c. Tahap simbolik menggunakan simbol secara abstrak dan mereka akan dapat mengerti arti tiga, arti empat tanpa bantuan apa-apa. Tahap terakhir merupakan wujud dari pembelajaran matematika sebagai bahasa simbol yang padat arti dan bersifat abstrak.
B. Pemanfaatan Media Pembelajaran yang Efektif
Kata media berasal dari bahasa latin “medius” yang berarti tengah perantara atau pengantar.
Oleh karena itu agar pembelajaran efektif maka guru perlu menggunakan media yang sesuai dengan materi pelajaran, mudah mendapatkannya juga mudah menggunakannya. Selain itu dengan media penyampaian materi pembelajaran dapat diseragamkan, proses belajar menjadi lebih jelas dan menarik, pembelajaran menjadi efektif yaitu akan terjadinya komunikasi dua arah secara aktif antara guru dan siswa.(Ardiani Mustikasari,2009)
C. Demonstrasi yang Efektif
Metode demonstrasi sangat baik digunakan untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas tentang hal-hal yang berhubungan dengan proses mengatur sesuatu, proses bekerjanya sesuatu, proses mengerjakan atau menggunakannya, komponen-komponen yang membentuk sesuatu, membandingkan suatu cara/ benda dan untuk mengetahui atau melihat kebenaran sesuatu.
Oleh karena itu agar pembelajaran efektif pelaksanaan demonstrasi juga harus dilaksanakan secara efektif, yaitu guru harus mempersiapkan segala alat demonstrasi dengan lengkap, memperhitungkan ketersediaan waktu, dan hendaknya menjangkau seluruh siswa untuk bisa melaksanakan demonstrasi.
BAB III
PELAKSANAAN PERBAIKAN
PELAKSANAAN PERBAIKAN
A. Subjek Penelitian
Perbaikan pembelajaran dilaksanakan di Kelas V SDN Karyamukti 2, Kecamatan Cibalong, Kabupaten Karyamukti 2. Siswa Kelas V ini berjumlah 32 siswa yang terdiri dari 18 siswa laki-laki dan 14 siswa perempuan yang berumur antara 10-12 tahun. Sebagian besar orang tua siswa adalah petani dengan penghasilan yang pas-pasan dan dengan fasilitas kehidupan yang sangat sederhana. Kondisi ini menyebabkan perhatian orang tua terhadap pendidikan anak-anaknya kurang dan motivasi belajar siswa rendah. Peneliti adalah guru Kelas V SD Negeri Karyamukti 2 dan pengamat adalah Bapak Iman Nugraha, S.Pd.SD rekan guru SDN Karyamukti 2
B. Rencana Tindakan.
1. Waktu Penelitian.
Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2017
2. Deskripsi Persiklus.
Penelitian tindakan kelas ini akan dilaksanakan dengan jadwal sebagai berikut:
Tabel 3. Kegiatan persiklus.
Siklus Pertemuan SD/Kelas Hari/tanggal Waktu
I 1 SD Karyamukti 2 Kelas V Senin, 16 Oktober 2017 07.30-08.40
2 SD Karyamukti 2 Kelas V Kamis, 19 Oktober 2017 07.30-08.40
II 1 SD Karyamukti 2 Kelas V Senin, 23 Oktober 2017 07.30-08.40
2 SD Karyamukti 2 Kelas V Selasa, 24 Oktober 2017 07.30-08.40
3. Prosedur Penelitian.
Penelitian tindakan kelas ini akan dilaksanakan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
3.1. Siklus I
a. Perencanaan.
Pada tahap ini penulis menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) materi pokok Penjumlahan Bilangan Pecahan dengan indikator :
- Menjumlahkan dua bilangan pecahan biasa yang berpenyebut sama
- Menjumlahkan bilangan pecahan campuran dengan pecahan biasa
b. Pelaksanaan.
Pada pelaksanaan pembelajaran siklus I peneliti menggunakan alat peraga pecahan untuk memperjelas materi pembelajaran dan mengatasi kebosanan pada siswa. Penelitian tindakan kelas pada siklus I ini akan dilaksakan dalam 2 x pertemuan sebagai berikut:
I. Pertemuan I (dilaksanakan pada hari Senin tanggal 16 Oktober 2017).
Kegiatan yang dilaksanakan pada pertemuan I antara lain:
Pada pelaksanaan pembelajaran siklus I peneliti menggunakan alat peraga pecahan untuk memperjelas materi pembelajaran dan mengatasi kebosanan pada siswa. Penelitian tindakan kelas pada siklus I ini akan dilaksakan dalam 2 x pertemuan sebagai berikut:
I. Pertemuan I (dilaksanakan pada hari Senin tanggal 16 Oktober 2017).
Kegiatan yang dilaksanakan pada pertemuan I antara lain:
- Siswa mengerjakan soal-soal preetest.
- Guru menyiapkan alat peraga pecahan
- Guru dan siswa bertanya jawab tentang bilangan pecahan.
- Guru mendemonstrasikan cara menjumlahkan dua bilangan pecahan biasa memakai alat peraga.
- Siswa dibagi menjadi 4 kelompok
- Guru membagi LKS, serta menyuruh mengerjakan secara kelompok.
- Tiap kelompok mempresentasikan hasil pekerjaannya dengan dipandu oleh guru.
- Guru menyimpulkan materi yang telah diajarkan.
II. Pertemuan II (dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 19 Oktober 2017 ).
Kegiatan yang dilaksanakan pada pertemuan II ini antara lain :
Kegiatan yang dilaksanakan pada pertemuan II ini antara lain :
- Guru menjelaskan cara mengubah pecahan biasa ke pecahan campuran dan sebaliknya
- Guru menjelaskan cara menjumlahkan bilangan pecahan campuran dengan pecahan biasa.
- Guru memberikan tugas kepada siswa secara bergiliran untuk menjumlahkan bilangan pecahan campuran dengan pecahan biasa yang berpenyebut sama menggunakan alat peraga bilangan pecahan.
- Tanya jawab tentang penjumlahan pecahan campuran dengan pecahan biasa.
- Guru menyimpulkan materi yang telah diajarkan.
- Siswa mengerjakan soal-soal posttest.
- Guru melakukan refleksi diri .
c. Pengamatan (observasi)
Pengamatan dilakukan oleh pengamat dengan mengamati kegiatan pembelajaran menggunakan lembar observasi.
d. Refleksi
Dilakukan untuk memahami hal-hal yang berkaitan dengan proses dan hasil yang diperoleh dari tindakan yang telah dilakukan. Melakukan analisis terhadap temuan-temuan yang berupa hambatan, kekurangan, dan kelemahan yang dijumpai selama pelaksanaan siklus I sebagai masukan untuk siklus II.
3.2.. Siklus II
a. Perencanaan.
Pada tahap ini penulis menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) materi pokok Penjumlahan Bilangan Pecahan dengan Indikator sebagai berikut :
Pengamatan dilakukan oleh pengamat dengan mengamati kegiatan pembelajaran menggunakan lembar observasi.
d. Refleksi
Dilakukan untuk memahami hal-hal yang berkaitan dengan proses dan hasil yang diperoleh dari tindakan yang telah dilakukan. Melakukan analisis terhadap temuan-temuan yang berupa hambatan, kekurangan, dan kelemahan yang dijumpai selama pelaksanaan siklus I sebagai masukan untuk siklus II.
3.2.. Siklus II
a. Perencanaan.
Pada tahap ini penulis menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) materi pokok Penjumlahan Bilangan Pecahan dengan Indikator sebagai berikut :
- Menjumlahkkan bilangan pecahan biasa dengan pecahan campuran.
- Menjumlahkan pecahan campurandengan bilangan pecahan campuran.
b. Pelaksanaan.
Pada pelaksanaan pembelajaran siklus II peneliti menggunakan pendekatan pembelajaran kontekstual dengan variasi beberapa metode pembelajaran dan menggunakan alat peraga bilangan pecahan untuk memperjelas materi pembelajaran dan mengatasi kebosanan pada siswa. Penelitian tindakan kelas pada siklus II ini akan dilaksakan dalam 2 x pertemuan sebagai berikut:
I. Pertemuan I (dilaksanakan pada hari Senin tanggal 23 Oktober 2017).
Kegiatan yang dilaksanakan pada pertemuan I Siklus II antara lain:
Pada pelaksanaan pembelajaran siklus II peneliti menggunakan pendekatan pembelajaran kontekstual dengan variasi beberapa metode pembelajaran dan menggunakan alat peraga bilangan pecahan untuk memperjelas materi pembelajaran dan mengatasi kebosanan pada siswa. Penelitian tindakan kelas pada siklus II ini akan dilaksakan dalam 2 x pertemuan sebagai berikut:
I. Pertemuan I (dilaksanakan pada hari Senin tanggal 23 Oktober 2017).
Kegiatan yang dilaksanakan pada pertemuan I Siklus II antara lain:
- Guru mendemonstrasikan penjumlahan bilangan pecahan menggunakan alat peraga bilangan pecahan.
- Tanya jawab tentang penjumlahan bilangan pecahan biasa dengan bilangan pecahan campuran.
- Guru membagi siswa ke dalam beberapa kelompok.
- Guru membagikan lembar kegiatan diskusi dan menjelaskan kegiatan yang harus dilakukan oleh siswa.
- Siswa melakukan diskusi kelompok guru mengamati.
- Tiap kelompok mempresentasikan hasil pekerjaannya.
- Guru menyimpulkan materi yang telah diajarkan.
II. Pertemuan II (dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 24 Oktober 2017)
Kegiatan yang dilaksanakan pada pertemuan II siklus 2 ini adalah sebagai berikut:
Kegiatan yang dilaksanakan pada pertemuan II siklus 2 ini adalah sebagai berikut:
- Guru menyiapkan alat peraga.
- Guru mendemonstrasikan cara menjumlahkan bilangan pecahan campuran dengan bilangan pecahan campuran memakai alat peraga.
- Guru menugaskan pada siswa secara bergiliran untuk menjumlahkan bilangan pecahan campuran dengan bilangan pecahan campuran.
- Tanya jawab tentang penjumlahan pecahan campuran denganpecahan campuran
- Guru menyimpulkan materi yang telah diajarkan.
- Siswa mengerjakan soal-soal posttest.
- dialog dengan teman sejawat (pengamat)
c. Pengamatan.
Selama proses pembelajaran peneliti melakukan pengamatan terhadap siswa dan pengamat (kolaborator) melakukan pengamatan terhadap peneliti dan siswa saat melaksanakan pembelajaran, situasi proses pembelajaran, dan hasil belajar.
d. Refleksi.
Kegiatan refleksi ini peneliti memberi kesempatan kepada siswa untuk menyampaikan perasaannya saat mengikuti pembelajaran. Peneliti juga memberi kesempatan kepada guru kolaborator (pengamat) untuk memberi masukan tentang kekurangan yang terjadi saat proses pembelajaran.
C. Tehnik Pengumpulan dan Analisis Data.
1. Tehnik Pengumpulan Data.
Tehnik pengumpulan data yang dilakukan ada cara yaitu; test unjuk kerja, observasi, dan wawancara.
a. Test unjuk kerja.
Test adalah ujian tertulis, lisan, atau wawancara untuk mengetahui pengetahuan, kemampuan, bakat, dan kepribadian seseorang (KBBI, 2001 : 1186).
Yang dimaksud test unjuk kerja dalam penelitian ini yaitu siswa diberi tugas secara tertulis maupun praktik. Test unjuk kerja dilakukan untuk mengatahui kemampuan setelah siswa mengikuti proses pembelajaran pada setiap siklus.
b. Observasi.
Hal yang diamati dalam penelitian ini antara lain kondisi dan partisipasi siswa saat mengikuti proses pembelajaran dan nilai yang diperoleh siswa. Selain siswa juga guru terutama persiapan dan kemampuan guru dalam membelajarkan bahannya.
c. Wawancara
Wawancara dilakukan oleh peneliti kepada siswa untuk meneliti bagaimana minat dan pengalaman siswa saat mengikuti pembelajaran. Wawancara juga dilakukan dengan pengamat (kolaborator) untuk dimintai pendapat atau informasi tentang proses pembelajaran dan minat siswa selama mengikuti pembelajaran.
2. Alat Pengumpulan Data
Alat atau instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data terdiri atas beberapa instrumen yaitu :
a. Butir soal tes unjuk kerja.
Berupa test kemampuan awal tentang materi penjumlahan bilangan pecahan. Soal test di akhir setiap siklus untuk mengetahui kemampuan penguasaan bahan tersebut setelah diberi tindakan
b. Lembar observasi
Berupa lembar refleksi siswa dan lembar pengamatan pengamat yang digunakan untuk mengamati proses kegiatan pembelajaran.
c. Pedoman wawancara
Pedoman wawancara berupa pertanyaan-pertanyaan untuk wawancara dengan siswa dan pengamat mengenai proses pembelajaran yang telah berlangsung.
3. Validasi Data.
Validasi data yang berupa proses pembelajaran dilakukan melalui observasi dan wawancara kepada siswa dan pengamat (kolaborator) dengan menggunakan berbagai instrumen. Dengan demikian validasi proses pembelajaran diperoleh melalui triangulasi sumber dan triangulasi metode.
4. Analisis Data.
Data yang dianalisis dalam penelitian ini adalah analisis data hasil belajar. Hasil belajar dianalisis dengan analisis deskriptif komparatif yaitu membandingkan hasil kemampuan awal dengan nilai kemampuan setelah mengetahui test pada siklus 1 maupun siklus 2. Analisis data hasil observasi dan wawancara.
Hasil observasi dan wawancara dianalisis dengan deskriptif kualitatif berdasarkan hasil observasi dan refleksi terhadap pembelajaran,untuk mengetahui tingkat keaktifan siswa secara klasikal
5. Indikator keberhasilan
Indikator keberhasilan dari penelitian tindakan kelas ini adalah: 75% dari jumlah siswa telah lulus KKM materi Perkembangan wilayah Indonesia yaitu 75 dengan nilai rata-rata kelas 75.
Selama proses pembelajaran peneliti melakukan pengamatan terhadap siswa dan pengamat (kolaborator) melakukan pengamatan terhadap peneliti dan siswa saat melaksanakan pembelajaran, situasi proses pembelajaran, dan hasil belajar.
d. Refleksi.
Kegiatan refleksi ini peneliti memberi kesempatan kepada siswa untuk menyampaikan perasaannya saat mengikuti pembelajaran. Peneliti juga memberi kesempatan kepada guru kolaborator (pengamat) untuk memberi masukan tentang kekurangan yang terjadi saat proses pembelajaran.
C. Tehnik Pengumpulan dan Analisis Data.
1. Tehnik Pengumpulan Data.
Tehnik pengumpulan data yang dilakukan ada cara yaitu; test unjuk kerja, observasi, dan wawancara.
a. Test unjuk kerja.
Test adalah ujian tertulis, lisan, atau wawancara untuk mengetahui pengetahuan, kemampuan, bakat, dan kepribadian seseorang (KBBI, 2001 : 1186).
Yang dimaksud test unjuk kerja dalam penelitian ini yaitu siswa diberi tugas secara tertulis maupun praktik. Test unjuk kerja dilakukan untuk mengatahui kemampuan setelah siswa mengikuti proses pembelajaran pada setiap siklus.
b. Observasi.
Hal yang diamati dalam penelitian ini antara lain kondisi dan partisipasi siswa saat mengikuti proses pembelajaran dan nilai yang diperoleh siswa. Selain siswa juga guru terutama persiapan dan kemampuan guru dalam membelajarkan bahannya.
c. Wawancara
Wawancara dilakukan oleh peneliti kepada siswa untuk meneliti bagaimana minat dan pengalaman siswa saat mengikuti pembelajaran. Wawancara juga dilakukan dengan pengamat (kolaborator) untuk dimintai pendapat atau informasi tentang proses pembelajaran dan minat siswa selama mengikuti pembelajaran.
2. Alat Pengumpulan Data
Alat atau instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data terdiri atas beberapa instrumen yaitu :
a. Butir soal tes unjuk kerja.
Berupa test kemampuan awal tentang materi penjumlahan bilangan pecahan. Soal test di akhir setiap siklus untuk mengetahui kemampuan penguasaan bahan tersebut setelah diberi tindakan
b. Lembar observasi
Berupa lembar refleksi siswa dan lembar pengamatan pengamat yang digunakan untuk mengamati proses kegiatan pembelajaran.
c. Pedoman wawancara
Pedoman wawancara berupa pertanyaan-pertanyaan untuk wawancara dengan siswa dan pengamat mengenai proses pembelajaran yang telah berlangsung.
3. Validasi Data.
Validasi data yang berupa proses pembelajaran dilakukan melalui observasi dan wawancara kepada siswa dan pengamat (kolaborator) dengan menggunakan berbagai instrumen. Dengan demikian validasi proses pembelajaran diperoleh melalui triangulasi sumber dan triangulasi metode.
4. Analisis Data.
Data yang dianalisis dalam penelitian ini adalah analisis data hasil belajar. Hasil belajar dianalisis dengan analisis deskriptif komparatif yaitu membandingkan hasil kemampuan awal dengan nilai kemampuan setelah mengetahui test pada siklus 1 maupun siklus 2. Analisis data hasil observasi dan wawancara.
Hasil observasi dan wawancara dianalisis dengan deskriptif kualitatif berdasarkan hasil observasi dan refleksi terhadap pembelajaran,untuk mengetahui tingkat keaktifan siswa secara klasikal
5. Indikator keberhasilan
Indikator keberhasilan dari penelitian tindakan kelas ini adalah: 75% dari jumlah siswa telah lulus KKM materi Perkembangan wilayah Indonesia yaitu 75 dengan nilai rata-rata kelas 75.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Penulis telah melakukan perbaikan pembelajaran sebanyak dua siklus. Selanjutnya disampaikan hasil perbaikan pada masing-masing siklus. Penyampaian hasil penelitian pada masing-masing siklus akan mencakup penilaian penampilan perbaikan pembelajaran dan hasil belajar siswa. Dikembangkan dari konsep pengukuran asesmen (Zainul & Mulyana,dikutip Sunaryo, 2007) penilaian penampilan perbaikan pembelajaran menggunakan alat ukur rating skala dan pengukuran prestasi belajar siswa dengan tes formatif.
A. Deskripsi Per Siklus
Pada setiap siklus disajikan data hasil observasi aktivitas-aktivitas perbaikan pembelajaran yang dilakukan, hasil belajar siswa sesuai dengan hasil tes formatif, deskripsi pelaksanaan tiap-tiap aktivitas, dan deskripsi hasil belajar siswa.
1. Siklus I
Secara umum dapat dikatakan bahwa pelaksanaan perbaikan pembelajaran berjalan dengan cukup baik, dengan nilai rata-rata 3,6 (dalam skala 1-5) dan prestasi belajar siswa cukup, dengan nilai 79,28 (dalam skala 1-100).
a. Hasil Pengolahan Data
Hasil belajar siswa dalam perbaikan pembelajaran matematika di kelas V SDN Karyamukti 2 Kecamatan Cibalong Kabupaten Karyamukti 2 siklus I dengan rata-rata 79,28 dengan prosentase ketuntasan 82 %
2. Siklus II
Hasil belajar siswa dalam perbaikan pembelajaran matematika di Kelas V SDN Karyamukti 2 Kecamatan Cibalong Kabupaten Karyamukti 2 siklus II dengan rata-rata 85,00 dan prosentase ketuntasan 97 %
B. Pembahasan Hasil Penelitian Per Siklus
Dari data kualitas pelaksanaan perbaikan pembelajaran dan hasil tes formatif siswa yang ditemukan dalam penelitian di Kelas V SD Negeri Karyamukti 2, dapat dikatakan bahwa pelaksanaan perbaikan pembelajaran meningkat dan karena itu prestasi belajar siswa juga meningkat. Pelaksanaan perbaiakan pembelajaran berjalan dengan cukup baik, dengan nilai 3,6 (skala 1-5) pada siklus I dan meningkat menjadi baik, dengan nilai 4,3 (skala 1-5) pada siklus II. Prestasi belajar siswa meningkat dari kurang (nilai 58,57) sebelum perbaikan pembelajaran, menjadi cukup (nilai 79,28) pada perbaikan siklus I dan baik (nilai 85,00) pada siklus II.
Peningkatan prestasi belajar siswa Kelas V SD Negeri Karyamukti 2 terjadi karena dalam perbaikan pembelajaran secara konsekuaen penulis melaksanakan aktivitas-aktivitas perbaikan yang telah dipilih dengan tepat. Ketepatan pemilihan aktivitas-aktivitas perbaikan pembelajaran tampak dalam kesesuaian antara pelaksanaan masing-masing aktivitas dengan teori yang melandasinya. Ketepatan masing-masing aktivitas dapat dijelaskan seperti berikut ini :
1) Pemanfaatan Alat Peraga/ Media Pembelajaran
Media/alat peraga sebagai sumber pembelajaran erat kaitannya dengan peran guru sebagai mediator dan fasilitator. Sebagai mediator guru hendaknya memiliki pengetahuan dan pemahaman yang cukup tentang media pendidikan karena media pendidikan merupakan alat komunikasi untuk lebih mengefektifkan proses belajar mengajar. Dengan demikian media pendidikan merupakan dasar yang sangat diperlukan yang bersifat melengkapi dan merupakan bagian integral dalam pembelajaran guna mencapai tujuan pembelajaran.
2) Keterlibatan siswa dalam demonstrasi/ dalam menggunakan alat peraga
Dalam penyajian materi pelajaran dapat dilakukan melalui peragaan, yaitu kegiatan memperagakan cara kerja, perilaku tertentu dan sejenisnya. Karena dengan demonstrasi / peragaan pembelajaran akan lebih jelas dan konkret sehingga menghindari verbalisme (pemahaman kata-kata), siswa lebih mudah memahami apa yang dipelajari, proses pembelajaran lebih menarik dan siswa dirangsang untuk aktif mengamati, menyesuaikan antara teori dan kenyataan dan mencoba melakukannya sendiri.
3) Pengaktifan siswa dalam latihan menggunakan alat peraga
Latihan atau penugasan adalah penyampaian pelajaran melalui pengulangan (repetisi) sampai bahan/materi itu dikuasai siswa. Metode ini sangat efektif untuk melatih ketrampilan dan untuk menyampaikan pengertian (Udin S. Winataputra, 2008). Selain itu metode ini juga untuk melatih kemandirian siswa dalam menyelesaikan tugas-tugasnya.
4) Pemberian bimbingan pada siswa dalam menggunakan alat peraga
Dalam proses pembelajaran guru selalu memberikan motivasi dan bimbingan pada siswa agar semua siswa terlibat aktif. Kegiatan mengaktifkan siswa ternyata dapat memotivasi berpikir memecahkan masalah bersama. Terdapat hubungan antara tingkat motivasi siswa dan hasil belajar, baik hasil belajar pada suatu waktu tertentu maupun terhadap hasil belajar selanjutnya
2) Keterlibatan siswa dalam demonstrasi/ dalam menggunakan alat peraga
Dalam penyajian materi pelajaran dapat dilakukan melalui peragaan, yaitu kegiatan memperagakan cara kerja, perilaku tertentu dan sejenisnya. Karena dengan demonstrasi / peragaan pembelajaran akan lebih jelas dan konkret sehingga menghindari verbalisme (pemahaman kata-kata), siswa lebih mudah memahami apa yang dipelajari, proses pembelajaran lebih menarik dan siswa dirangsang untuk aktif mengamati, menyesuaikan antara teori dan kenyataan dan mencoba melakukannya sendiri.
3) Pengaktifan siswa dalam latihan menggunakan alat peraga
Latihan atau penugasan adalah penyampaian pelajaran melalui pengulangan (repetisi) sampai bahan/materi itu dikuasai siswa. Metode ini sangat efektif untuk melatih ketrampilan dan untuk menyampaikan pengertian (Udin S. Winataputra, 2008). Selain itu metode ini juga untuk melatih kemandirian siswa dalam menyelesaikan tugas-tugasnya.
4) Pemberian bimbingan pada siswa dalam menggunakan alat peraga
Dalam proses pembelajaran guru selalu memberikan motivasi dan bimbingan pada siswa agar semua siswa terlibat aktif. Kegiatan mengaktifkan siswa ternyata dapat memotivasi berpikir memecahkan masalah bersama. Terdapat hubungan antara tingkat motivasi siswa dan hasil belajar, baik hasil belajar pada suatu waktu tertentu maupun terhadap hasil belajar selanjutnya
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari hasil-hasil penelitian yang di atas, dapat disimpulkan bahwa penggunaan alat peraga bilangan pecahan dalam perbaikan pembelajaran matematika kompetensi penjumlahan bilangan pecahan campuran yang berpenyebut sama di Kelas V SD Negeri Karyamukti 2 Kecamatan Cibalong, Kabupaten Garut dapat meningkatkan prestasi siswa dengan baik. Secara rinci :
- Pelaksanaan perbaikan pembelajaran berjalan berjalan cukup baik, dengan nilai 3,4 (dalam skala 1-5) pada siklus I, meningkat menjadi baik, dengan nilai 4,4 (skala 1-5) pada siklus II.
- Prestasi belajar siswa meningkat dari kurang (nilai 58,57) pada pra perbaikan, menjadi cukup (nilai 79,28) pada siklus I dan baik (nilai 85,00) pada siklus II.
- Prestasi belajar siswa meningkat melalui aktivitas-aktivitas: (1) pemanfaatan alat peraga/media pembelajaran, (2) penggunaan alat peraga dalam pembelajaran, (3) keterlibatan siswa dalam demonstrasi/dalam menggunakan alat peraga, (4) pengaktifan siswa dalam latihan menggunakan alat peraga, dan (5) pemberian bimbingan pada siswa dalam menggunakan alat peraga.
B. Saran
Bertolak dari hasil-hasil penelitian yang diperoleh, penulis menyampaikan saran kepada rekan-rekan guru. Dalam pembelajaran Matematika, supaya siswa mencapai prestasi belajar yang baik, guru hendaknya :
- Memanfaatkan alat peraga/media pembelajaran
- Menggunakan alat peraga dalam pembelajaran
- Melibatkan siswa dalam demonstrasi/ dalam menggunakan alat peraga
- Mengaktifkan siswa dalam latihan menggunakan alat peraga
- Memberikan bimbingan pada siswa dalam menggunakan alat peraga
Selain itu, penulis menyarankan kepada rekan-rekan guru untuk mempelajari dan melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) di kelasnya sendiri, karena terbukti PTK dapat memecahkan masalah yang kita hadapi dalam pembelajaran dan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Adapun pemahaman PTK ini bagi rekan-rekan guru dapat diperoleh melalui pertemuan KKG dengan mendengarkan sharing dari rekan-rekan guru yang telah paham dan telah melaksanakannya.
Lihat juga artikel terkait :
Lihat juga artikel terkait :
Silahkan unduh seutuhnya pada link setelah tayangan di bawah ini.
RIVIEW PROPOSAL PTK MATEMATIKA BILANGAN PECAHAN KELAS V SD
- LINK DOWNLOAD >> COVER/SAMPUL PROPOSAL
- LINK DOWNLOAD >> PROPOSAL PTK MATEMATIKA BILANGAN PECAHAN KELAS V SD
Demikianlah Contoh Proposal Matematika Tema Bilangan Pecahan Kelas V Sekolah Dasar (SD) yang dapat kami sajikan. Kurang dan lebihnya haturkan maaf yang sedalam-dalamnya.
Semoga berjuang dalam menghadapi PKB dan sukses selalu
0 Response to "PROPOSAL PTK MATEMATIKA BILANGAN PECAHAN KELAS V SD"
Post a Comment
Terima kasih sudah berkunjung